Saturday, 30 May 2015

FANFICTION - The View From My Window [Part 05]







Aku merasa iba untuk yang pertama kalinya dalam hidupku. Aku pasti sudah gila.


Aku sungguh tak tahu apa yang terjadi denganku hari ini.
Malam ini cukup dingin, dan tiba-tiba aku ingin sekali makan ramen di kedai langgananku.

Tapi saat perjalanan, aku bertemu yeoja asing itu lagi. Ia berteriak-teriak seperti orang gila, ia mengira aku hantu.
 
Apakah wajahku se-menyeramkan itu? Sampai-sampai ia mengiraku hantu.
Tanpa ditanya, ia bercerita sendiri bahwa ia akan pergi ke kedai ramen. Kenapa ia memiliki tujuan yang sama denganku??
Aku mencoba untuk menyuruhnya pergi ke tempat lain saja, aku sedang butuh waktu untuk sendiri. Tapi ia malah berlari mendahuluiku, berusaha merebut tempat yang tinggal satu-satunya di sana.

Aku tak bisa tinggal diam saja, walau biasanya aku akan pasrah dan tinggal diam.
Kedua kaki ini bergerak tanpa menunggu perintah dariku, aku memang aneh akhir-akhir ini.

Kami sampai di meja itu secara bersamaan, dan langsung menduduki kursi yang tersedia secara bersamaan juga. Aku berusaha memenangkan perang mulut dengannya. Tapi ajumma pemilik kedai menyuruh kami untuk tidak berisik…
Huuh.. karena yeoja ini, waktu untukku menyendiri jadi berkurang.


Yeoja
itu benar-benar bodoh atau apa, aku tak tahu.
Uang yang dibawanya sama sekali tak cukup untuk membayar makanan yang dipesannya sendiri.
Dan lagi-lagi, tubuhku bergerak tanpa di komando.
Entah ada angin apa, aku membayar semuanya, padahal aku tak pernah mau melakukan itu, dan aku juga tak diminta untuk membayari yeoja itu.

 
                “Donghyun-ah… aku akan membayar sisanya besok, bawa dulu ini.. tiga puluh ribu..” ucap Sujeong saat menyadari bahwa aku sudah membayar semuanya.
Ia memaksaku untuk menggenggam beberapa lembar uang yang berada di genggamannya.

Yeoja itu.. memiliki nasib yang tak jauh berbeda denganku. Tak memiliki orang tua,..
Walau sebenarnya aku memiliki orang tua, tapi aku tak pernah menganggap mereka ada.
Dan sekarang, ia mulai dikucilkan oleh teman-teman sekelas.. aku mendengar ceritanya dari dapurku, aku mendengar curhatannya.. aku mendengar semuanya.


Aku ingin mencoba berteman dengannya, entah mengapa tiba-tiba aku memikirkan hal sebodoh itu.
                “Tak usah kau bayar,, bayarlah dengan memberikan sedikit waktumu untukku..” ucapku.
yeoja itu terlihat bingung mendengar ucapanku barusan.
Aku memaksanya untuk mengikuti kemauanku. Aku dan yeoja itu kembali ke tempat duduk yang sebelumnya.


Sebotol alkohol menjadi pesananku selanjutnya.
                Ya! Donghyun-ah,, mwo haneun geoya?? Aku tak suka minuman itu.. itu tak baik..” protesnya.
Aku sungguh tak setuju dengan pernyataan itu, karena aku beberapa kali minum alkohol untuk sekedar menghangatkan tubuh.
Memang fungsi alkohol yang sebenarnya adalah untuk menghangatkan tubuh, tapi dalam jumlah sedikit. Jumlah sedikit,  Camkan itu..


Aku memaksa yeoja itu untuk meminumnya sedikit. Segelas alkohol tak akan membuat seseorang mabuk. Aku yakin akan itu.
Akhirnya ia mencobanya.
Ekspresinya benar-benar lucu saat ia menenggak minuman itu. Aku berusaha menahan tawa.
Apakah rasanya se-aneh itu?? Ekspresinya seakan menyiratkan bahwa minuman itu merupakan minuman ter-aneh di dunia.


                “Hei, namja aneh.. kau bilang mau berteman denganku.. apa kau serius?? Kau tidak sedang sakit kan??.. beberapa kali aku bertemu denganmu, kau selalu membuatku marah..” ucap yeoja itu.
Apa ia tak dapat menangkap ketulusan dimataku? Aku benar-benar ingin berteman dengannya, dan mungkin sebagian dari diriku ini masih bisa merasa kesepian.


Tak lama setelah mengatakan itu, aku melihat pipinya mulai memerah.
Apa ia mabuk?? Rasanya tak mungkin ia mabuk karena meminum alkohol se-sedikit itu.


              
Aigoo.. aku benar-benar merasa lelah… setelah Kwangmin oppa meninggalkanku, masalah terus saja berdatangan…. Appaku meninggal.. dan teman-teman sekelas tak menghiraukan kehadiranku lagi.. Sekarang, Umji mendiamkanku,.. nan eottokhae??” sepertinya ia benar-benar mabuk.

               
Ya!! Sujeong-ah.. kau mabuk eoh??.. Aissh.. meminum sedikit saja ia sudah mabuk.. dasar payah..”

“Kau.. namja aneh.. kau benar-benar aneh… aku baru pertama kali menemukan manusia se-aneh dirimu.. kau benar-benar dingin,.. aku sampai tak percaya kau mau berteman denganku..”
Kata-kata itu membuatku merasa seakan-akan aku merupakan namja ter-jahat sedunia.

                Appa.. Neomu bogoshipoyo…” yeoja itu mulai menangis.

                “Aissh.. kau ini, jangan merepotkanku. Ya!! Sujeong-ah.. sadarlah!!” Aku menggoncangkan tubuhnya, tapi ia tak kunjung sadar. Keseimbangannya hilang, dan ia terjatuh,…


Di bahuku…

 
Speechless, ..
Aku tak tahu harus mengatakan apa.. aku bersuara lirih, memanggil namanya..
Appa.. neomu neomu bogoshipoyo…” airmatanya belum mengering.



Melihat yeoja ini menangis, membuat hatiku teriris.
Ada apa denganku??? Aku benar-benar aneh hari ini..
Apa ini karena aku kurang tidur??
Tangan ini.. kembali bergerak tanpa perintah dariku…
Dengan perlahan, aku mengusap air mata di pipinya.. aku seperti bisa merasakan kepedihannya.


00—————00


“Permisi… kedai kami akan segera tutup.. jika tak keberatan.. bisakah kau meninggalkan tempat ini??” ucap ajumma yang sama.

               
“a..ah.. ne.. arasseo..” jawab Donghyun.
Donghyun menggendong yeoja itu di punggungnya. Entah mengapa, ia tak merasa keberatan sama sekali. Padahal biasanya ia takkan se-dermawan ini.


Ia mengantarkan Sujeong pulang, di depan rumah Sujeong, terlihat Umji yang sedang duduk di trotoar dengan wajah kalut dan khawatir.
 
                “Umji-ya.. eonniemu mabuk.. ini bukan kesalahannya, aku yang memaksanya minum.. tapi aku tak menyangka kalau eonniemu akan mabuk seperti ini… jeongmal mianhae..” ucap Donghyun seraya membawa Sujeong masuk ke rumah mungil itu.

                Oppa, kau memaksa eonnie-ku minum alkohol?? Kau memberikan pengaruh buruk!” jawab Umji. Kelihatannya Umji khawatir, karena saat ia terbangun tengah malam, ia menemukan Sujeong tak ada di rumah.

                “Aissh,. Maksudku bukan begitu.. alkohol itu bisa menghangatkan tubuh, dalam jumlah 
sedikit.. aku tak menyangka dalam jumlah se-sedikit itu ia bisa mabuk.. Kau kenapa duduk diluar tadi? Khawatir dengan eonnie-mu??” tanya Donghyun.

Umji menjawabnya dengan gumaman dan anggukan mantap.
 

               
“Kau tak seharusnya marah pada eonniemu ini.. ia menyembunyikan itu dengan niat baik.. Kau tak kasihan padanya?? Ia menanggung beban itu sendirian,.. sampai-sampai ia mau bunuh diri karena depresi.. bagaimana jika ia melakukan itu dan meninggalkanmu sendiri?? Jangan marah lagi ne.. kau harus menyayangi eonniemu..” ucap Donghyun sebelum meninggalkan tempat itu.

Kata-kata itu berhasil menyentuh hati Umji dan menghapus semua amarah yang tersimpan.
Ia tiba-tiba jadi merasa sedih, dan bersalah karena telah marah pada Sujeong.



~Keesokan Harinya…

eonnie, jeongmal mianhae.. aku tak seharusnya marah padamu.. aku benar-benar merasa bersalah..” pelukan hangat menyambut Sujeong yang baru saja bangun.

“Aah.. syukurlah kau tak marah padaku.. Umji-ya.. nado mianhae.. eonnie tak pernah bermaksud untuk menyembunyikan itu darimu.. eonnie hanya mencari waktu yang tepat untuk memberitahumu.. mianhae ne…” Sujeong mengelus lembut rambut panjang Umji.


Eonnie.. mulai sekarang, ayo kita lebih menyayangi.. kita tak punya siapa-siapa lagi.. kita hanya memiliki satu sama lain..”

Arasseo Umji-ya.. seperti apapun kau, eonnie akan tetap menyayangimu.. yeongwonhi (selamanya) “ Sujeong memeluk adiknya itu. Dan mereka sempat dibanjiri air mata.
Eonnie.. bukankah kau bilang akan mencari pekerjaan?? Teman-temanku sedang mencari guru les yang cocok.. aku rasa eonnie bisa melakukannya.. eonnie dapat membimbingku dengan baik selama ini…” ucap Umji tiba-tiba.
“ah.. maksudmu.. aku bekerja menjadi guru les??”
Keurae… tapi kau tak usah mendaftar ke lembaga bimbel, cukup di rumah ini saja..”


Sujeong terlihat berfikir keras tentang hal itu. Sebenarnya cukup menarik..
                “Baiklah.. biayanya 50 ribu (rupiah) sebulan. Untuk satu mata pelajaran.. jadwalnya Senin sampai Kamis, pukul lima sore..”
                Arasseo eonnie,, aku akan memberitahu teman-temanku.. Aku berangkat dulu ne..” Umji segera berangkat ke sekolah.


00—————00



DONGHYUN’s POV

Aku kembali memikirkan keputusan gila yang baru ku buat kemarin malam.
Ini baru kali pertamanya aku menjadi se-gila ini. Dan ini kali pertamanya aku mau berteman dengan seseorang.
Tapi aku merasa itu bukan keputusan yang salah, yeoja itu tak berbahaya untukku.
Aku merasa iba untuk yang pertama kalinya.

Ia memiliki nasib yang hampir sama denganku..
Tapi ia masih lebih sedikit beruntung, karena memiliki seorang sahabat, dan adik perempuan yang sangat menyayanginya.
Baiklah, ku putuskan untuk melanjutkan pilihan yang sedikit gila ini.


Berteman dengan yeoja itu..


DONGHYUN’s POV END



Sepulang sekolah, Sujeong disibukkan dengan berbagai kegiatan rumah tangga.
Ia harus mencuci dan menyetrika pakaian hari ini. Atau, tak ada pakaian untukmya besok.
Ini pekerjaan yang sungguh melelahkan, dan takkan pernah berakhir.
Seumur hidup, akan terus menerus mencuci pakaian lagi, lalu menyetrika lagi, menyapu rumah.. dan seterusnya.

Saat mencuci pakaian, entah ada apa, tiba-tiba air sabun yang berada di ember itu menyiprati mata Sujeong.
                “Aissh,. Perih sekali..” gumam Sujeong. “Umji-ya, eodisseoyo?? Bantu eonnie sebentar.. tolong siramkan air bersih ke mata eonnie.. aw.. perih sekali..” ucap Sujeong dengan suara lantang.


Tak ada jawaban, …

Tapi Sujeong merasa ada yang menyentuh tangannya.. Dan tak lama kemudian, ia merasakan siraman air bersih dan segar di wajahnya.
                “aww.. ini sungguh perih..” Sujeong meringis kesakitan.
Perlahan-lahan, rasa perih itu mulai pergi. Sujeong membuka matanya perlahan.

 

SUJEONG’s POV

Setelah mendapat siraman air segar itu, aku perlahan-lahan membuka mataku, yang tadinya terasa sangat amat perih.
Pandanganku masih terlihat kabur.. Aku masih berusaha memfokuskan pandanganku.

Seorang namja?? Kenapa Umji berubah menjadi seorang namja??
Aku masih berusaha memfokuskan pandanganku..


Seorang namja tampan sedang berdiri dan menatapiku.. ya, hanya aku yang menjadi objek pandangannya saat ini.. Ryu Sujeong seorang…
Aku mengedipkan mataku berulangkali, berusaha memfokuskan pandanganku. Karena aku belum bisa melihat namja itu dengan jelas.


SUJEONG’s POV END



                “Berhati-hatilah lain kali..”

               
“Mwoya?!! Kau…!!”
Sujeong berusaha mundur selangkah dari namja itu, tapi lantai kamar mandi ini begitu licin, membuat keseimbangannya hilang.

Dengan sigap, Donghyun menangkap tubuh Sujeong yang hampir terjatuh.
Ya, namja itu adalah Donghyun, yang masuk ke rumah Sujeong secara diam-diam.

Tangan kiri Donghyun menggenggam erat tangan Sujeong, dan tangan kanannya melingkar di pinggang Sujeong.


Freeze

Waktu seakan berhenti.
Seperti adegan dalam drama, mereka saling menatap selama beberapa detik.
Hingga kesadaran menampar Sujeong, mengembalikan akal sehatnya.

Sujeong menarik tangannya yang digenggam erat oleh Donghyun. Dan ia kembali berdiri tegak. Membuat Donghyun terpaksa menyingkirkan tangannya.


               
“Kenapa kau masuk ke rumahku tanpa permisi?? Kau mau mencuri eoh?? Atau kau mau meracuniku karena dendam?? Atau kau mau menculikku??” tanya Sujeong ketus.

                “Aissh, kau ini selalu berfikir yang aneh-aneh.. Kalau aku penculik, aku akan mencari yeoja yang lebih menarik darimu… Jika digambarkan dengan rasa, kau itu pahit.. pahit sekali..” jawab Donghyun tak kalah ketus.


Sujeong kembali melanjutkan aktivitas mencucinya.
                “Kalau tak ada hal penting, pergilah saja.. nan bappa (aku sibuk)”

               
“Aissh, kau ini jahat sekali.. apa kau tak memiliki sedikit saja waktu untukku?”

               
“Waktu untukmu? Memangnya kau siapa-ku, hingga aku harus menyediakan waktu khusus untukmu?? Seperti tak ada pekerjaan yang lebih penting saja..” Sujeong masih asyik mencuci.


Donghyun yang merasa kalah dalam perang mulut itu, menyiramkan sedikit air pada Sujeong.
                “Kau ini!! Aku sedang sibuk.. jangan ganggu aku..” Sujeong mengibaskan tangannya, menyuruh Donghyun pergi. Tapi, di tangannya masih terdapat banyak busa, yang terbang bebas saat ia mengibaskan tangannya.

 
Donghyun mengeluarkan ponselnya, dan terlihat menelepon seseorang.
Tak berselang lama, ada beberapa orang yang mengambil pakaian kotor milik Sujeong.

               
Ya!! Apa yang kalian lakukan?? Mau dibawa kemana pakaianku??” Sujeong mengejar orang-orang itu.

               
“Tak usah khawatir, mereka pembantu di rumahku, yang akan mencucikan semua pakaianmu.. Sekarang, kau punya waktu banyak.. ayo kita mengobrol..” Donghyun menahan kepergian Sujeong.

               
Sirheo.. aku harus menyetrika pakaianku..”


Donghyun terlihat menelepon seseorang lagi.. dan tak lama kemudian, ada beberapa orang yang mengambil semua pakaian kering milik Sujeong.
                “Itu pembantumu juga??” tanya Sujeong.

               
Keurae.. ayo ikut aku sekarang.. bukankah kita menjadi teman sekarang? Ayo mengobrol seperti teman pada umumnya..” Donghyun menarik lengan Sujeong.

               
Ya!! Namja aneh… kau ini benar-benar aneh ya.. sudah beberapa kali aku bertemu denganmu, dan kau berkata tak menyukai kehadiranku.. Sekarang, kau tiba-tiba jadi baik padaku.. apa kau merencanakan sesuatu??” Sujeong menarik lengannya.

               
“Kau ini.. terus saja berfikiran yang aneh tentangku.. apa aku se-aneh itu?? Aku hanya ingin berteman.. karena, sebagian dari diriku …” Donghyun menggantung kata-katanya, terdiam sejenak.
                “merasa kesepian ….” Ucapnya lagi.

                Jinjja?? Bukankah kau pernah berkata bahwa kau tak butuh teman?? Kau sungguh aneh Donghyun-ah..”

               
“Apakah aku salah jika seperti ini?? Aku sudah memikirkannya sepanjang malam… dan aku menemukan, jauh di dalam diriku.. ada seorang namja kecil, yang merasa kesepian… yang butuh kasih sayang.. Dan kau, memiliki nasib yang hampir sama denganku..”

                “Aku memiliki nasib yang hampir sama denganmu..??”

                Keurae.. kau tak memiliki orangtua, dan dikucilkan oleh teman-temanmu.. sementara aku.. aku masih memiliki orang tua dan hyung, yang tak pernah ku anggap keberadaannya. Dan aku menarik diri dari segala bentuk pergaulan.. Kau masih lebih beruntung dariku.. karena memiliki seorang sahabat dan adik yang sangat menyayangimu..”


Suasana yang tadinya panas, dan dipenuhi dengan emosi,.. seketika berubah, menjadi hening..
Sujeong merasa kasihan pada namja di depannya ini. Ia tak mengira bahwa namja itu memiliki kehidupan yang suram.
Dengan rumah semegah itu, Sujeong mengira bahwa hidup namja itu pastinya menyenangkan.

Ia menyadari, bahwa harta tak menjamin kebahagian seseorang.
Harta, tak bisa membeli kebahagiaan. Dan tak semua kebahagiaan itu didapatkan dengan harta..
Cinta, kasih sayang keluarga, kebersamaan, kehangatan keluarga.. adalah hal yang tak dapat ditukar dengan banyaknya harta itu.


               
Eonnie, mianhae aku pergi tanpa ijin, aku menjemput teman-temanku yang akan ikut les hari ini..” suara Umji memecah keheningan, membuyarkan lamunan kedua insan itu. Dan menampar Sujeong.

               
“Aissh!! Aku lupa akan itu!!” gumam Sujeong.
Ia benar-benar tak ingat bahwa ia akan memulai pekerjaannya sebagai guru les, sore ini.

               
“Emm.. Umji-ya, kau suruh teman-temanmu masuk dan duduk disini.. eonnie akan menyiapkan mejanya sebentar..” Sujeong sedikit panik, ia lupa untuk meminjam meja ke tetangga sebelah.

               
“Kau menjadi guru les?? Apa tempat ini cukup?? Kau bisa menggunakan rumahku …” ucap Donghyun.

               
“Eh?? Rumahmu?? ..Terimakasih untuk tawaranmu, tapi aku tak mau merepotkan orang lain, aku ingin mandiri..”

               
Yeorobeun.. ikuti aku ke tempat les.. “ ucap Donghyun pada anak-anak yang sudah berkumpul di depan rumah Sujeong.

               
“Aissh.. namja ini…” gumam Sujeong seraya mengejar Donghyun.
Teman-teman Umji di dominasi oleh kaum hawa, langsung terpana menatap ketampanan Donghyun. Mereka dengan cepat mengikuti langkah Donghyun, tak memberi kesempatan bagi Sujeong untuk menyusulnya.


Donghyun membawa anak-anak itu ke ruang tamu rumahnya yang begitu luas.
Luasnya mungkin sama dengan luas keseluruhan rumah Sujeong, bahkan lebih!
                “Kalian bisa duduk di karpet ini, dan menggunakan meja itu..” ucap Donghyun.


               
Ya!! Mwo haneun geoya?? Bukankah sudah ku bilang, aku tak mau ..”

               
“Sujeong ssem, kapan kau akan mengajari anak-anak itu kalau kau terus protes seperti ini??” Donghyun segera duduk bersama anak-anak yang berjumlah sepuluh orang itu.
Mau tak mau, Sujeong harus mengikuti keinginan Donghyun. Ia pun mulai mengajari siswa-siswa SMP itu.

-to be continued-

No comments:

Post a Comment

 

Template by BloggerCandy.com