[PART 01] [PART 02]
Download The View From My Window Part 03 ebook version here
Open it with Adobe Flash or Gom Player
“Yeorobeun
Annyeonghaseyo.. Choneun Kim
Donghyun imnida .. Kalian bisa
memanggilku Donghyun. Aku pindah ke sekolah ini, agar aku bisa lebih nyaman
bersekolah, karena letaknya dekat dengan rumahku. Mannaseo bangapseumnida..” Donghyun membungkukkan tubuhnya.
“Apakah kau tak bisa melepaskan syal itu??” Tanya
sang seonsaengnim. Yang mungkin
sedikit terganggu dengan syal yang membelit leher Donghyun.
“Untuk alasan tertentu, aku tak bisa melepaskan
syal ini.. Separuh nyawaku ada di syal ini..”
Suara gelak tawa sempat memenuhi udara.
Mungkin itu terlihat lucu, dan aneh bagi orang lain. Tapi Donghyun sama sekali tak bercanda, ia serius tentang hal ini.
Suara gelak tawa sempat memenuhi udara.
Mungkin itu terlihat lucu, dan aneh bagi orang lain. Tapi Donghyun sama sekali tak bercanda, ia serius tentang hal ini.
“Baiklah.. silahkan duduk di bangku kosong itu” Seonsangnim menunjuk ke arah bangku
kosong yang terletak di baris paling depan, dekat jendela. Tepatnya dua baris
di depan bangku Sujeong.
Speechless, Sujeong tak bisa berkata apa-apa saat melihat namja itu memperkenalkan dirinya di depan kelas.
Ia sungguh tak menyangka akan sekelas dengan namja itu.
Seonsaengnim memberikan tugas yang mengharuskan semua siswa dalam kelas itu membentuk kelompok yang terdiri dari 3 orang siswa. Tanpa perlu di komando, Sujeong pastinya memilih Sowon sebagai anggota kelompoknya, begitu juga sebaliknya.
Mereka hanya perlu mencari satu orang lagi sebagai anggota kelompok mereka. Sujeong berniat mengajak murid baru itu.
“Kau mau ikut dengan
kelompokku?” Sujeong menghampiri Donghyun.
“Aku tak butuh teman, aku bisa
mengerjakan semuanya sendiri..” ucapnya dingin.
“Aissh… sombong sekali kau. Pelajaran ini tak
semudah yang kau pikirkan, awas saja kalau kau bergabung dengan kelompok
lain..!” Sujeong segera kembali ke tempat duduknya dengan wajah muram.
“Sujeong-ah, waeyo??” tanya Sowon
melihat wajah muram Sujeong.
“Namja itu aneh.. katanya ia tak butuh teman, ia bisa mengerjakan
semuanya sendiri. Lihat saja nanti, ia pasti kesulitan.. dasar sombong..”
Sujeong berceloteh sendiri.
“Aissh, kau ini, biarkan
sajalah.. kita berdua saja lebih enak.. besok kita kerjakan di rumahku saja ne??” Sowon menenangkan Sujeong.
Entah mengapa, namja itu memang
terlihat aneh. Seharian ini, Sujeong melihatnya duduk sendirian terus, ia tak
mudah bergaul dengan orang lain. Padahal Sujeong mengira namja itu ramah dan baik. Tapi ternyata.. …
Hari dengan cepat berlalu, Senja pun telah tiba.
“Eonnie, sore ini kita makan apa?? Aku bosan makan telur dan mi
instan terus.. mi instan itu tidak sehat.. belilah sesuatu..” ucap Umji dengan
rewelnya.
“Aissh, kau ini rewel sekali.. Kau
seharusnya pengertian sedikit, kita tak mendapatkan cukup uang lagi.. appa sudah..” Ups! Hampir saja Sujeong
membongkar semuanya.
“Wae?? Apakah terjadi sesuatu pada appa??” Umji memfokuskan pandangannya pada Sujeong, dan mempertajam
pendengarannya.
‘Aissh.. aku harus jawab apa
sekarang?’
“Emm… appa tak mendapat gaji sebanyak dulu lagi. Karena ada banyak
karyawan baru, dan jabatan appa
tergeser”
‘Kau pintar Sujeong’ ucap
Sujeong dalam hati.
“Ya sudah, eonnie akan belikan makan
untukmu..” Sujeong memilih untuk pergi
sebelum Umji menanyakan hal-hal lainnya.
00—————00
DONGHYUN’s
POV
Sekolah
baru? Aku tidak menyukainya.
Di sekolah yang lama, semua penghuni kelas sudah tahu bahwa aku penyendiri, dan tak suka diganggu. Berbeda dengan sekolah yang baru ini.
Di sekolah yang lama, semua penghuni kelas sudah tahu bahwa aku penyendiri, dan tak suka diganggu. Berbeda dengan sekolah yang baru ini.
Berulangkali sapaan ramah di sodorkan padaku. Munafik!
Aku tak menyukai semua hal itu. Mereka memasang sikap ramah, menyapaku, menanyakan informasi tentang diriku. Dan pada akhirnya, mereka akan melupakan kehadiranku, tak memperdulikan aku lagi. Persetan dengan semua itu!
Begitu juga dengan yeoja yang bertemu denganku kemarin. Ia bersikap ramah kepadaku.
Aku harus mengatakan apa untuk memberitahu pada semuanya bahwa aku tak suka dengan mereka??!
Sore ini, aku memilih untuk berjalan-jalan. Tak perduli bagaimana kerasnya suster-suster dirumahku meneriakkan kata ‘jangan!’ atau apapun itu.
Aku seperti binatang yang terkurung dalam kandang emas. Sungguh membosankan.
Sore
ini udaranya cukup dingin… aku mengetatkan syal dan jaket tebalku. Sekali-kali
aku ingin merasa seperti orang lain. Yang tak perlu khawatir dengan udara
dingin seperti ini.
Salju??
Sebutir salju terjatuh tepat di atas kepalaku. Putih, bersih..
Aku ingin bisa menjadi sebebas salju-salju ini..
Mungkin orang-orang akan menganggapku orang aneh, karena saat ini, aku berhenti di tengah jalan dan merentangkan kedua tanganku. Aku sungguh senang bisa bebas seperti ini..
Sebutir salju terjatuh tepat di atas kepalaku. Putih, bersih..
Aku ingin bisa menjadi sebebas salju-salju ini..
Mungkin orang-orang akan menganggapku orang aneh, karena saat ini, aku berhenti di tengah jalan dan merentangkan kedua tanganku. Aku sungguh senang bisa bebas seperti ini..
Aku membiarkan diriku ditimpa
butiran-butiran salju, tanpa sadar dengan suhu yang semakin rendah.
Perlahan-lahan aku merasa kedinginan.. Semakin lama, semakin menusuk tulangku..
Nan eottokhae???
Nan eottokhae???
Seluruh
bagian tubuhku bergetar hebat. Aku kedinginan, aku tak bisa bergerak lagi. I’m Freeze.
Aku tetap dalam posisiku, berdiri di tengah jalan sambil memeluk tubuhku
sendiri.
Sampai beberapa menit kemudian, dingin itu meninggalkanku.
Semuanya terasa panas, sungguh panas…
Aku mulai melepaskan jaketku, dan syalku.. kini hanya ada sehelai kaos tipis yang membungkus tubuhku.
Sampai beberapa menit kemudian, dingin itu meninggalkanku.
Semuanya terasa panas, sungguh panas…
Aku mulai melepaskan jaketku, dan syalku.. kini hanya ada sehelai kaos tipis yang membungkus tubuhku.
00—————00
SUJEONG’s
POV
”Aissh, aku hampir saja menceritakan semuanya pada
Umji.. paboya” Aku memukul kepalaku
sendiri.
Dan
sekarang aku benar-benar bingung, harus membeli makanan apa untuk Umji dengan
uang pas-pasan begini.
Aku harus pandai-pandai mengatur keuangan mulai sekarang.
Sedih rasanya saat menyadari kenyataan pahit ini,.. aku tak memiliki tempat berlindung lagi..
Aku harus pandai-pandai mengatur keuangan mulai sekarang.
Sedih rasanya saat menyadari kenyataan pahit ini,.. aku tak memiliki tempat berlindung lagi..
Sore-sore begini, biasanya appa akan
meneleponku..
Entah untuk membicarakan hal penting, atau sekedar berbasa-basi.
Entah untuk membicarakan hal penting, atau sekedar berbasa-basi.
Tapi itu sudah cukup menyenangkan, setidaknya masih ada yang memperhatikanku
dan Umji, walau appa berada jauh
disana.
Sore ini cukup dingin.. akhirnya
aku memutuskan untuk membeli sup hangat yang kedainya sudah tak jauh lagi dari
pandanganku.
Setelah membeli dua porsi sup untukku dan Umji, aku tersenyum senang, dan segera melangkahkan kaki mungilku ke rumah.
Setelah membeli dua porsi sup untukku dan Umji, aku tersenyum senang, dan segera melangkahkan kaki mungilku ke rumah.
Di tengah-tengah jalan pulang, aku melihat orang aneh.
“Namja itu gila eoh?? Hujan salju begini, ia malah melepaskan jaketnya..” gumamku sambil terus melangkah.
“Namja itu gila eoh?? Hujan salju begini, ia malah melepaskan jaketnya..” gumamku sambil terus melangkah.
Tapi
sosok itu terlihat familiar.
“Donghyun??”
“Donghyun??”
“Ya!! Donghyun-ah, neol michyeosseoyo (Kau sudah gila)??
Pakai jaketmu.. udaranya dingin..” Teriakku.
Anehnya, namja itu tak mendengarkan
ucapanku. Tatapannya terlihat kosong.
Tiba-tiba ia tampak mengejar sesuatu.
Tiba-tiba ia tampak mengejar sesuatu.
“Eomma, Appa,… Jamshimanyeo (tunggu sebentar)”
‘Ia mengejar apa?? Apakah ia
berhalusinasi.. atau jangan.-jangan..’
“Hipotermia!!”
“Hipotermia!!”
Orang yang terkena hipotermia, yang sudah sampai ke taraf parah akan mulai
merasa kepanasan dan berhalusinasi. Aku mengingat itu.
Dengan segera, aku mengejar Donghyun. Jalanan ini berbahaya… bagaimana jika ia ditabrak kendaraan yang lalu lalang??
Dengan segera, aku mengejar Donghyun. Jalanan ini berbahaya… bagaimana jika ia ditabrak kendaraan yang lalu lalang??
“Donghyun-ah.. apa yang kau kejar??” Aku berhasil mengejar Donghyun.
Dengan cengkeraman kuat di lengannya,.. ia terdiam.
Tatapannya masih terlihat kosong.
Tatapannya masih terlihat kosong.
“Donghyun-ah… sadarlah!! Ini aku.. Sujeong, teman sekelasmu.. Sadarlah!!” aku
menepuk bahu Donghyun.
Tatapan
Donghyun terlihat berubah, ia membalas tatapanku.
“Sujeong-ah….”
Mata
Donghyun terpejam, keseimbangannya mulai hilang..
“Donghyun-ah..!”
“Donghyun-ah..!”
Entah mengapa, tiba-tiba tubuh Donghyun sudah bersandar padaku. Aku tak tahu
harus berbuat apa sekarang.
“Donghyun-ah, ireonna..” ucapku, berharap Donghyun segera sadar.
“Donghyun-ah, ireonna..” ucapku, berharap Donghyun segera sadar.
Jantungku berdegup kencang. Dan aku yakin ini bukan karena aku menyukainya,
atau ada rasa-rasa seperti itu. Tapi,.. aku tak pernah berada sedekat ini
dengan namja..
Semerbak aroma parfumnya yang khas mengusik indra penciumanku. Jantungku terus
berdegup kencang, dan aku masih mematung di tempat itu.
Di
tengah hujan salju …
00—————00
“Eonnie,
kau tak tahu dongsaengmu ini
kelaparan? Kenapa kau malah asyik pacaran eoh??”
Umji menghampiri Sujeong sambil marah-marah.
“Aissh, Umji-ya,
aku tak berpacaran. Namja ini
tiba-tiba pingsan. Kau bawa sup ini pulang, aku akan mengantar namja ini pulang kerumahnya..”
“Jangan lama-lama ne.. jangan melakukan hal yang aneh-aneh,.. cepatlah pulang..”
“Arrasseo
halmeoni (nenek)… “ goda Sujeong.
Umji segera pulang, dan Sujeong segera mengantar Donghyun pulang. Karena rumah
Donghyun cukup dekat dari tempatnya berdiri saat ini.
Sujeong tak tahu yang mana kamar Donghyun, karena rumah itu begitu besar dan
memiliki banyak sekali kamar. Akhirnya ia memilih kamar yang terdekat dari pintu
masuk.
Setelah
merebahkan tubuh Donghyun di kasur, Sujeong segera menyalakan penghangat
ruangan dan menutupi tubuh Donghyun dengan selimut tebal yang sudah tersedia di
samping kasur itu.
“Semoga kau cepat sadar..” ucap
Sujeong.
Tak mungkin baginya untuk langsung meninggalkan namja itu sendirian, mungkin beberapa menit lagi ia akan sadar.
Tapi sampai berpuluh menit kemudian, Donghyun tak kunjung siuman. Sujeong memastikan namja itu masih hidup. Ia memilih untuk pulang.
Tak mungkin baginya untuk langsung meninggalkan namja itu sendirian, mungkin beberapa menit lagi ia akan sadar.
Tapi sampai berpuluh menit kemudian, Donghyun tak kunjung siuman. Sujeong memastikan namja itu masih hidup. Ia memilih untuk pulang.
Keesokan paginya sebelum berangkat sekolah, Sujeong kembali mengunjungi rumah
Donghyun. Ia melihat pintu kamar itu terbuka lebar, dan Donghyun sedang duduk
termenung di atas kasur.
“Joheun achim Donghyun-ah…
! Sejak kapan kau sadar? Apa kau sudah baik-baik saja??”
tanya Sujeong penuh
kehangatan dari ambang pintu.
“Kau yang membawaku ke kamar ini??” tanya Donghyun dingin.
“Ne … waeyo?? Kau suka
dengan kamar ini??”
“Nae maeum sirheo (aku tak menyukainya)! Aku benci kamar ini!!”
Donghyun melempar bantalnya ke sembarang arah.
“Ya!! Neon waeyo??”
Sujeong melangkah masuk ke kamar itu. “Donghyun-ah, sebenarnya kau punya penyakit apa?? Itukah alasanmu tidak bisa
melepaskan syal itu?? Ceritalah padaku??” Sujeong duduk di samping Donghyun.
“Itu bukan urusanmu.. kau tak
perlu tahu. Pergilah saja.. kehadiranmu menggangguku..”
ucap Donghyun ketus.
Sujeong merasa tersinggung atas ucapan Donghyun barusan. Apa ia memiliki salah?
Ia hanya ingin menolong namja itu,
tapi kenapa ia malah di usir-usir begini sekarang?
“Dasar namja aneh!! Apa penyakitmu itu membuat
umurmu pendek? Harusnya kau bersikap ramah & meninggalkan kesan yang baik
untuk semua orang. Bukan membuat orang jengkel seperti ini!! Aku membencimu namja aneh!!!”
Sujeong
segera meninggalkan tempat itu dengan wajah muram.
Sungguh namja yang tak tahu berterimakasih.!!
Sungguh namja yang tak tahu berterimakasih.!!
00—————00
DONGHYUN’s
POV
Kepalaku terasa sedikitpening saat bangun tidur. Apa aku pingsan kemarin?? Aku tak bisa mengingat jelas apa yang terjadi kemarin.
Tiba-tiba aku berada di kamar ini, kamar kedua orangtuaku.
Ternyata
yeoja itu yang menolongku dan
menaruhku di kamar ini. Kenapa harus kamar ini?
Aku cukup terganggu dengan kehadiran yeoja itu.
Aku mengusirnya, dan ia mengatakan sebuah kata-kata yang terus membayangiku.
Aku cukup terganggu dengan kehadiran yeoja itu.
Aku mengusirnya, dan ia mengatakan sebuah kata-kata yang terus membayangiku.
“Dasar namja aneh!! Apa penyakitmu itu membuat umurmu pendek? Harusnya kau
bersikap ramah & meninggalkan kesan yang baik untuk semua orang. Bukan
membuat orang jengkel seperti ini!! Aku membencimu namja aneh!!!”
Apakah
aku terlalu dingin? Apakah aku terlalu menjengkelkan untuk orang lain??
Aku sendiri tak menyadari itu, karena aku tak pernah memikirkan hal lain selain kesenangan diriku sendiri.
Aku sendiri tak menyadari itu, karena aku tak pernah memikirkan hal lain selain kesenangan diriku sendiri.
Aku memilih untuk kembali ke kamarku yang berada di lantai dua. Aku sungguh tak
menyukai kamar ini.
Menatapi kejadian di luar sana melalui jendela kamarku, hal yang biasa kulakukan.
Dan sejak aku melihat yeoja asing yang menangis di pagi hari itu… aku terus melihatnya setiap aku menatap keluar jendela. Apa yang terjadi??
Apa ia tetangga baru?? Selama aku tinggal di rumah ini, rasanya aku baru bertemu dengannya sejak hari itu… Entahlah..
Aku
malas untuk berangkat ke sekolah hari ini. Aku perlu istirahat.
Lagi-lagi aku melihat yeoja itu.
“Yeorobeun.. Annyeonghaseyo..” Aku menebak itulah yang diucapkannya setelah ia masuk ke kelas. Aku melihat gerakan bibirnya.
Tapi malangnya, seisi kelas tak ada yang menjawabnya. Apa yang terjadi dengan kelas itu? Kenapa tak ada yang menghiraukan yeoja itu?.
Entahlah..
aku tak mau memikirkan hal itu. Akhir-akhir ini aku jadi ikut repot karena
memikirkan orang lain.
Aku harus kembali ke diriku yang dulu.. yang tak perduli dengan orang lain.
Terserah mereka akan mengatakan apa tentangku, yang penting adalah kesenanganku pribadi.
Aku harus kembali ke diriku yang dulu.. yang tak perduli dengan orang lain.
Terserah mereka akan mengatakan apa tentangku, yang penting adalah kesenanganku pribadi.
-to be continued-
No comments:
Post a Comment