[PART 01] [PART 02] [PART 03]
Download The View From My Window Part 02 ebook version here
Open it with Adobe Flash or Gom Player
Namja itu benar-benar aneh dan membuatku bingung!
#Yiruma – Love Hurts#
“Abojimu akn dimakamkan di pulau tmptnya bkrja. Krna akomodasiny sulit, mka jenazahny tk bsa dikirim ke Seoul… -Kim ahjussi”
“Abojimu akn dimakamkan di pulau tmptnya bkrja. Krna akomodasiny sulit, mka jenazahny tk bsa dikirim ke Seoul… -Kim ahjussi”
Setelah membaca pesan itu, Sujeong terduduk lemas.. bahkan ia tak bisa melihat appanya untuk terakhir kali.. ia tak bisa mengantarkan appanya itu ke tempat peristiran terakhir.. Miris….
Kenapa dirinya terus menerus dirundung kesedihan?? Sepanjang hari ini, teman sekelasnya tak menghiraukannya sama sekali. Mungkin, kebenaran telah mereka ungkap.
Karena selama ini, Sujeong mengaku bahwa ayahnya adalah direktur sebuah perusahaan ternama di Seoul, itu bukan atas kehendaknya pribadi.. tapi atas perintah Sowon.
Walau
bukan sekolah ternama, dan siswa di sana juga bukan berasal dari kalangan orang kaya,.. namun,
para siswa di sekolah itu terhitung cukup berkelas. Mereka tak menyukai orang
yang berada dari kalangan bawah, seperti Sujeong.
Setelah semua kebenaran terungkap, seluruh siswa dalam kelas itu, tak
menghiraukan keberadaan Sujeong.
Ternyata mereka semua memang munafik!
Ternyata mereka semua memang munafik!
Sujeong tak dapat menahan tangisnya lagi.. ia terlalu lelah menerima semua terpaan ini.
“Omo!! Sujeong-ah.. kenapa kau terlihat begitu berantakan??” Sowon terkejut saat melihat Sujeong yang terduduk lemas di lantai, dengan wajah penuh air mata, dan rambut yang sangat berantakan.
Sowon datang ke rumah Sujeong hari ini untuk mengerjakan tugas bersama, tugas yang harusnya dikerjakan beberapa hari lalu..
“Sowon-ah.. aku ingin mati saja..” ucap Sujeong tanpa berekspresi.. apakah
airmatanya sudah habis??
“YA!! Sujeong-ah!! Apa
yang kau katakan??!! Jangan mengatakan hal aneh seperti itu!! Ingat, kau masih
punya sahabat.. kau masih punya aku.. kau harus kuat Sujeong-ah..”
“Sowon-ah.. lihatlah, tak ada yang mengakui keberadaanku lagi.. aku tak
dibutuhkan.. aku hanyalah sampah!!” Airmata Sujeong kembali mengalir deras.
“Kwangmin oppa menginggalkanku.. lalu, abojiku meninggal.. dan, aku dibuang..!”
“Sujeong-ah.. mal hajima (Jangan mengatakan itu).. ini hanya cobaan, kau harus kuat melewatinya.. aku akan selalu ada di sampingmu..”
Sowon memberi pelukan hangat untuk Sujeong yang sedang dilanda kesedihan. Ia ikut sedih melihat sahabatnya yang berantakan seperti ini.
00—————00
DONGHYUN’s POV
Entah mengapa, aku merasa bosan sekali berada di rumah hari ini.
Aku ingin memasak sesuatu di dapur, entah apa itu.. lebih baik aku mengecek bahan-bahan di dapur saja.
Sesampainya
di dapur, aku membuka-buka lemari yang ada, berusaha mencari bahan yang bisa ku
ubah menjadi makanan lezat.
Tapi, aku mendengar isak tangis seorang perempuan, yang membuatku menghentikan aktivitasku.
Tapi, aku mendengar isak tangis seorang perempuan, yang membuatku menghentikan aktivitasku.
‘Apa itu hantu??’ Otakku
otomatis memikirkan hal itu, karena di film horror, biasanya setelah mendengar
isak tangis, sang tokoh akan melihat hantu atau mengalami kejadian aneh.
Aku segera menepiskan pikiran aneh itu,..
Aku segera menepiskan pikiran aneh itu,..
aku
tak takut pada hantu..
Darimana suara itu berasal??
Aku
menemukan ada sebuah lubang kecil yang ditutupi kaca.
“Itu.. rumah sebelah??” gumamku setelah mengintip sedikit.
“Itu.. rumah sebelah??” gumamku setelah mengintip sedikit.
Sebentar.. tadi aku melihat..
“Yeoja asing itu..”
Aku sungguh tak mengerti.. kenapa ada lubang kecil seperti ini? Dan, aku bisa
melihat ruang tengah dari sebuah rumah mungil di sebelah rumahku. Itu rumah si yeoja asing!!
Sebenarnya apa yang terjadi dengan dunia ini?? Apa dunia ini begitu sempit? Atau menyusut?? Kenapa aku harus bertemu yeoja itu lagi?? Dan, siapakah yang membangun arsitektur rumah seperti ini?? Kenapa harus ada lubang kecil yang kurasa tak berguna ini..??
‘Donghyun-ah kau tak usah
menghiraukan hal ini..’ Suara hati kecilku mengingatkan.
Ya, aku memang tak pernah ingin tahu ataupun peduli akan urusan orang lain.
Ya, aku memang tak pernah ingin tahu ataupun peduli akan urusan orang lain.
Aku pun memutuskan untuk menghentikan kegiatan mengintip itu, dan kembali pada
tujuan utamaku melangkah ke dapur ini.
“Sowon-ah.. aku ingin mati saja..”
“Sowon-ah.. aku ingin mati saja..”
Suara
itu terdengar jelas di telingaku, membuatku terkejut sekaligus khawatir dengan yeoja itu.
Eh?? Khawatir??.. Sepertinya aku salah memilih kata-kata.
Eh?? Khawatir??.. Sepertinya aku salah memilih kata-kata.
Aku
kembali mengintip, dan melihat wajah yeoja
itu yang benar-benar kusut.
Ternyata, ia tak se-ceria seperti yang terlihat.. Ia juga bisa menangis seperti ini..
Aku cukup prihatin dengan kondisinya sekarang..
Ternyata, ia tak se-ceria seperti yang terlihat.. Ia juga bisa menangis seperti ini..
Aku cukup prihatin dengan kondisinya sekarang..
Aissh, ini membuat moodku untuk memasak jadi hilang..
Lebih baik aku mencari udara segar di luar rumah, kebetulan.. cuaca hari ini baik dan cukup menghangatkanku
00—————00
Kerja
kelompok hari ini batal, karena Sujeong tak bisa berkonsentrasi. Dan Sowon
memilih untuk memberikan petuah-petuah yang membangkitkan semangat hidup
Sujeong.
Sekitar
pukul enam petang, Sowon pamit pulang.
“Eonnie, kau bisa masak kan?? Kenapa kau tak memasak saja untuk menu
makan malam ini? Supaya lebih hemat dan sehat..” minta Umji.
“Kau pintar sekali Umji-ya.. baiklah, eonnie akan memasak dulu ne..”
Sujeong terlihat jauh lebih baik sekarang, sebuah senyuman manis telah menghiasi wajahnya.
Ia segera menyiapkan bahan untuk memasak di dapur mungil rumahnya itu.
Saat itu, Umji sedang asyik membaca buku.. tiba-tiba
PRAANNGG..!!!
Terdengar suara wajan yang terjatuh. Umji segera berlari ke dapur.
PRAANNGG..!!!
Terdengar suara wajan yang terjatuh. Umji segera berlari ke dapur.
“Eonnie!!! Ireonna.!!! Apa
yang terjadi?? Jebal ireonna!!” Umji
panik melihat kakaknya yang tergeletak lemas di atas lantai.
Ia berlari keluar rumah untuk mencari bantuan. Tapi,.. orang-orang yang dikenalnya tak bersedia untuk membantu. Dengan menahan tangis, Umji terus berusaha.
Dunia ini memang begitu kejam… tak ada yang peduli pada dua kakak beradik itu, mereka dipandang rendah oleh orang-orang di kompleks itu.
‘Ah… itu, bukankah namja yang ditolong eonnie kemarin?? Ia pasti mau membantu eonnie sekarang..’
Dengan penuh harapan dan kepercayaan diri, Umji menghampiri seorang namja yang duduk di pinggir jalan itu.
“Oppa..tolonglah eonnieku.. tiba-tiba ia pingsan.. Jebal.. bantu aku..” Umji memasang tampang memelas, ia menarik-narik tangan namja itu.
“Oppa..tolonglah eonnieku.. tiba-tiba ia pingsan.. Jebal.. bantu aku..” Umji memasang tampang memelas, ia menarik-narik tangan namja itu.
“Eonniemu?? Siapa dia?? Yeoja yang pingsan di tengah hujan itu?? Sirheo!! Aku tak mengenalnya!” ucap Donghyun ketus.
“Tapi.. eonnieku menolongmu kemarin.. Kau harus menolongnya sekarang, sebagai tanda terimakasihmu.. Tolonglah..” Umji menangis.
“Aissh.. kenapa kau malah menangis??! Baiklah.. aku akan menolong eonniemu.. jangan membuat orang-orang salah sangka.. mereka akan mengira aku jahat, karena membuat anak kecil menangis..”
Donghyun mengikuti Umji melangkah pulang.
“Rumah ini benar-benar kecil..” gumam Donghyun saat memasuki rumah mungil yang menjadi tempat berteduh bagi Umji dan Sujeong.
Ia melihat si yeoja asing itu
tergeletak lemas, dengan peralatan dapur yang berantakan.
Dengan segera ia menggendong yeoja itu ke atas kasur.
Dengan segera ia menggendong yeoja itu ke atas kasur.
“Aissh.. tubuhnya, panas
sekali..” Donghyun menyentuh kening yeoja
itu.
Wajahnya terlihat benar-benar pucat, suhu tubuhnya meninggi.
Donghyun keluar dari rumah itu sejenak, lalu ia kembali dengan sekantung plastik penuh obat-obatan.
Dengan penuh kesabaran, ia meletakkan kompres di atas kening Sujeong, meminumkan obat, lalu mengganti kompresnya.
Setelah melakukan beberapa ritual tadi, suhu tubuh Sujeong mulai menurun
mendekati normal.
“Hei.. anak kecil.. eonniemu sudah sembuh.. aku pulang ne..” ucap Donghyun.
Umji yang berbaring di lantai tak memberikan respon.
“Hei.. anak kecil.. eonniemu sudah sembuh.. aku pulang ne..” ucap Donghyun.
Umji yang berbaring di lantai tak memberikan respon.
“Aissh.. dia tidur..” gerutu
Donghyun pelan.
“aah… neomu apha (sangat sakit)..” ucap Sujeong lirih di tengah tidur
lelapnya.
“Sujeong-ah.. apa yang sakit??” tanpa disadari, Donghyun menggenggam tangan yeoja itu. Sujeong tak menjawab
pertanyaan Donghyun, sepertinya Sujeong masih setengah sadar.
Donghyun memutuskan untuk menetap di rumah itu untuk malam ini.
Ia mengutak-atik ponsel Sujeong (lagi), ia penasaran, karena pernah mendengar lagu favoritnya mengalun dari ponsel ini.
“Ternyata ia menyukai musik yang
sama denganku..” Donghyun tersenyum.
00—————00
”Jadi ini alasan appa tak menelepon beberapa hari ini?? Kenapa eonnie tak mengatakan yang sejujurnya padaku??!”
“Umji-ya,,
mianhae.. eonnie tak pernah
bermaksud.. uhuk!!..uhuk!!”
Suara
batuk Sujeong membangunkan Donghyun.
“Eonnie tak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu.. tapi, kenyataan ini terlalu berat untukmu Umji-ya, apalagi kau akan ulangan akhir semester.. kau harus konsentrasi penuh..”
“Eonnie tak bermaksud untuk menyembunyikannya darimu.. tapi, kenyataan ini terlalu berat untukmu Umji-ya, apalagi kau akan ulangan akhir semester.. kau harus konsentrasi penuh..”
“Lalu, sampai kapan kau akan menyembunyikan ini?? Apakah setelah aku ulangan kau akan memberitahuku??! Kau jahat eonnie.. kau pikir aku tak rindu pada appa?? Aku sangat merindukannya..” Umji menangis.
“Umji-ya.. tak bisakah kau membahasnya nanti saja? Eonnie-mu terlihat masih sakit..” ucap Donghyun mengejutkan Sujeong.
“Oppa, kau tak tahu betapa sakitnya hati ini.. dibohongi oleh saudaramu sendiri, dan ditinggal pergi oleh orangtuamu untuk selama-lamanya..” Umji menatap Sujeong penuh kebencian, lalu ia segera berangkat sekolah.
“Aissh.. masalah apalagi hari ini??” Sujeong menunduk sambil memegang kepalanya.
Ia sungguh lelah dengan semua masalah yang tak henti-hentinya berdatangan.
“Hei, yeoja asing.. kau tidur saja dulu, kelihatannya kau belum sehat..”
ucap Donghyun.
“Kau.. kenapa kau ada di
rumahku.. mwo haneun geoya??”
“Tak usah berfikir yang
aneh-aneh, aku menolongmu atas rengekan adikmu itu..”
Sujeong memilih untuk kembali merebahkan tubuhnya, kepalanya masih terasa sedikit
pening.
“Aku pulang dulu ne.. Kau istirahat saja dulu..” Donghyun
pamit meninggalkan tempat itu.
Setelah kepergian Donghyun, Sujeong masih enggan beranjak dari tempatnya.
Ia memegang kepalanya yang masih terasa pening, ditambah dengan beban pikiran akan Umji.
Ia takut, Umji akan membencinya.. Ia sedih, melihat tatapan Umji yang begitu
terpukul.. Ia marah atas semua yang terjadi ini, walau tak tahu harus marah
kepada siapa.. Semua rasa itu bercampur aduk menjadi satu.
‘Lebih baik aku tidur
sebentar..’ Sujeong memejamkan matanya dan pergi ke alam mimpi untuk beberapa
saat.
00—————00
Semua
yang dikhawatirkan Sujeong akhirnya terjadi. Umji marah padanya, benar-benar
marah. Ia tak mau berbicara atau sekedar menanggapi ucapan Sujeong.
Hal itu membuat Sujeong semakin terpuruk sendiri, dan merasa sangat amat bersalah.
Hal itu membuat Sujeong semakin terpuruk sendiri, dan merasa sangat amat bersalah.
“Sudahlah eonnie..aku lelah, hati ini masih terlalu sakit untuk bisa menerima
semuanya.. Aku mau tidur..” Umji menutup pintu kamarnya.
Sujeong sungguh sedih.. ia tak tahu harus bersikap apa lagi..
Sujeong sungguh sedih.. ia tak tahu harus bersikap apa lagi..
Malam ini cuaca cukup dingin.. semakin mendramatisir suasana hati Sujeong saat ini.
Ia memutuskan untuk keluar sebentar, membeli makanan yang bisa menghangatkan tubuhnya, sekaligus menyegarkan pikiran yang benar-benar dipenuhi beban masalah.
Sujeong memasukkan kedua tangannya dalam saku jaket tebal yang dikenakannya. Perlahan namun pasti, Sujeong mulai melangkah, menyusuri jalan yang mulai lengang.
Sekarang sudah pukul sepuluh malam. Dan entah mengapa, tiba-tiba Sujeong teringat dengan rumor seram yang beredar. Bahwa ada hantu pria berwajah mengerikan yang suka mengganggu yeoja-yeoja yang keluar sendirian sekitar pukul sepuluh malam.
Nyalinya tiba-tiba menciut begitu ia mengingat rumor tersebut. Sujeong sungguh
membenci cerita hantu, karena itu membuatnya takut dan tak bisa kemana-mana.
CLING!
Lampu penerang jalan yang berjarak dekat dengan lokasi Sujeong berdiri, tiba-tiba padam. Membuat Sujeong semakin takut.
Ia memilih untuk mempercepat langkahnya, bahkan ia berlari. Karena ingin cepat sampai ke ujung gang yang terlihat cukup ramai.
Lampu penerang jalan yang berjarak dekat dengan lokasi Sujeong berdiri, tiba-tiba padam. Membuat Sujeong semakin takut.
Ia memilih untuk mempercepat langkahnya, bahkan ia berlari. Karena ingin cepat sampai ke ujung gang yang terlihat cukup ramai.
Tiba-tiba ia melihat sesosok namja, yang berdiri memunggunginya. Sumpah demi apapun, Sujeong benar-benar takut, jantungnya berdebar begitu cepat.
Karena merasa ada yang memperhatikannya, sosok namja itu membalikkan kepalanya.
“KYAAA!!! Ada hantu!!! Tolong
aku!” Teriak Sujeong seraya menutupi matanya dengan kedua tangannya.
“Ya!! Geumanhae!! Ini aku, Donghyun!! Kau berteriak-teriak seperti orang gila..!”
Sujeong membuka matanya perlahan.
“Kau sungguh manusia??” Sujeong menyentuh lengan namja itu perlahan dengan telunjuknya. “Eh,, kau benar-benar manusia..”
Wajah Donghyun memang terlihat sedikit menyeramkan, kedua matanya dihiasi dengan kantung mata tebal yang menghitam. Donghyun terlihat sedikit marah dan tersinggung atas teriakan Sujeong tadi. Apa ia terlihat menyeramkan seperti hantu? Entahlah, Donghyun tak mau memikirkan itu.
“Kau mau kemana malam-malam
begini? Bukannya kau sakit?? Istirahatlah saja..” ucap Donghyun.
“Aku sudah sehat.. hei, namja aneh.. kenapa kantung matamu
begitu tebal?? Kau begadang eoh??”
Sujeong balik bertanya.
“Aku tak bisa tidur nyenyak di
rumahmu kemarin..”
“Dirumahku?? Kau menginap
dirumahku kemarin?? Untuk apa??”
“Kau sakit begitu,.. aku
khawa….” Donghyun merasa salah mengucap, ia sama sekali tak pernah
mengkhawatirkan yeoja asing itu. Ia
melirik Sujeong, dan melihat Sujeong menunggu ucapannya dengan wajah penasaran.
“A..aku.. hanya ..” Donghyun tak menemukan kata-kata yang tepat. “Ah, lupakan saja.. aku lapar..” Donghyun melangkah menuju ujung gang, mendahului Sujeong.
“Hei, namja aneh, aku mau ke kedai ramen, kau mau kemana??” Sujeong
berusaha menyusul langkah besar namja
itu.
Donghyun tiba-tiba menghentikan langkahnya.
“Hei, Yeoja asing, kau mau mengikutiku eoh?? Pergilah ke tempat lain, aku sudah berniat ke kedai ramen itu sedari tadi”
“Hei, Yeoja asing, kau mau mengikutiku eoh?? Pergilah ke tempat lain, aku sudah berniat ke kedai ramen itu sedari tadi”
Tanpa menjawab apapun, Sujeong segera berlari mendahului Donghyun menuju kedai ramen di ujung gang itu.
Apa yang Donghyun lakukan?? Tak mungkin Donghyun akan berlari menyusul yeoja itu. It’s not his style. Tapi, kenyataannya, Donghyun berlari!
Ia berusaha menyusul Sujeong, karena kedai ramen itu cukup ramai, dan hanya
tersisa satu meja.
‘Aku harus mendapatkan tempat
itu lebih dulu!’ ucap Donghyun.
Ia berlari mati-matian, untuk mendapatkan tempat duduk di kedai itu.
Ia berlari mati-matian, untuk mendapatkan tempat duduk di kedai itu.
Dan
pada akhirnya…
“Ya!! Namja aneh, pergilah! Ini tempatku, aku yang mendapatkan tempat ini duluan! Ladies first!!” Sujeong mengambil kursi dan segera mendudukinya.
“Sirheo!! Aku yang berniat ke tempat ini lebih dulu!!” Donghyun juga sudah mengambil kursi dan mendudukinya.
Mereka duduk berhadap-hadapan dalam satu meja, namun perang mulut di antara
mereka tak juga berakhir, sampai sang pemilik kedai turun tangan.
“Aigooo,, ada apa dengan kalian berdua ini? Tolong jangan berisik,
kalian mau pesan apa?” tanya sang Ajumma.
“Aku pesan 1 ramen dan teh
hangat, tapi tolong singkirkan namja
aneh ini dari hadapanku..”
“Aku pesan 1 ramen, tolong
singkirkan yeoja asing ini..”
Ucap Donghyun dan Sujeong secara bersamaan, membuat sang ajumma itu pusing.
“Aigoo,, kalian ini memang pasangan yang aneh.. sudahlah, tak ada tempat lain.. tolong jangan berisik.. tunggu sebentar ne..” Ajumma itu segera kembali ke aktivitasnya.
Donghyun dan Sujeong saling menatap dengan tatapan sinis. Tatapan mata mereka sepertinya mengungkapkan kata ‘karena dia, aku jadi tak bisa mendapatkan tempat yang enak.. aku sungguh membencinya’
Pesanan
datang, mereka sibuk menyantap makanannya masing-masing, tanpa ditemani
percakapan hangat, atau ucapan-ucapan lain.
“Ajumma, berapa harganya??” tanya Sujeong yang meninggalkan mejanya terlebih dahulu.
“Ajumma, berapa harganya??” tanya Sujeong yang meninggalkan mejanya terlebih dahulu.
“Semuanya tiga puluh lima ribu
(rupiah)..” ucapan sang ajumma
membuat kening Sujeong berkerut.
Di kantongnya hanya ada dua puluh ribu.
Sujeong berusaha mencari uang tambahan yang mungkin terselip di sakunya yang lain.
Di kantongnya hanya ada dua puluh ribu.
Sujeong berusaha mencari uang tambahan yang mungkin terselip di sakunya yang lain.
“Kamsahamnida ne..” ucap sang ajumma.
‘Kamsahamnida? Untuk apa? Aku bahkan belum membayar..’ batin Sujeong
yang masih sibuk merogoh saku celananya.
“Donghyun-ah… aku akan membayar sisanya besok, bawa dulu ini.. dua puluh ribu..” ucap Sujeong saat menyadari Donghyun sudah membayar semuanya.
“Tak usah kau bayar,, bayarlah dengan memberikan sedikit waktumu untukku..” ucap Donghyun.
“Eh?? Maksudmu..??” Sujeong sungguh tak mengerti maksud ucapan Donghyun.
“Ayo kita berteman..” ucap
Donghyun seraya menarik lengan Sujeong, memaksanya kembali duduk di tempat
tadi.
“Ajumma.. sebotol alkohol dan dua buah gelas disini!” Donghyun mengangkat tangannya sambil mengucapkan itu dengan lantang.
“Ya! Donghyun-ah,, mwo haneun geoya?? Aku tak suka minuman itu.. itu tak baik..” ucap Sujeong. Ia merasa ada yang aneh dengan sikap Donghyun.
“Alkohol itu baik jika kita hanya meminumnya sedikit. Alkohol dapat menghangatkan tubuh kita..” ucap Donghyun santai. Entah ada setan apa yang merasuki tubuhnya, ia memang benar-benar ingin berteman dengan Sujeong, padahal beberapa menit yang lalu mereka baru saja bertengkar.
Setelah pesanan Donghyun tiba, Donghyun
segera menuangkan alkohol itu ke dua gelas kosong yang berada dihadapannya.
“Cicipilah.. sedikit saja.. aku berani jamin, ini takkan membuatmu mabuk..” ucap Donghyun.
“Cicipilah.. sedikit saja.. aku berani jamin, ini takkan membuatmu mabuk..” ucap Donghyun.
Dengan perlahan, dan penuh keraguan, Sujeong mengambil gelas itu, dan menenggaknya.
Rasanya sungguh aneh bagi Sujeong. Ini minuman teraneh yang pernah ditenggaknya.
“Apakah rasanya benar-benar
aneh??” tanya Donghyun melihat ekspresi Sujeong.
“Eum.. benar-benar aneh.. aku
tak mau meminum minuman seperti itu lagi..” Sujeong meletakkan gelasnya.
Keheningan sempat menyelimuti mereka.
“Hei, namja aneh.. kau bilang mau berteman denganku.. apa kau serius?? Kau tidak sedang sakit kan??.. beberapa kali aku bertemu denganmu, kau selalu membuatku marah..”
“Aku serius..”
Sujeong dapat menangkap ada ketulusan di tatapan matanya. Ia mencoba untuk mempercayai namja aneh ini.
Sujeong dapat menangkap ada ketulusan di tatapan matanya. Ia mencoba untuk mempercayai namja aneh ini.
Sujeong kembali merasakan pening menyerang kepalanya. Namun pening kali ini
terasa berbeda dengan tadi siang.
“Aigoo.. aku benar-benar merasa lelah… setelah Kwangmin oppa meninggalkanku, masalah terus saja
berdatangan…. Appaku meninggal.. dan
teman-teman sekelas tak menghiraukan kehadiranku lagi.. Sekarang, Umji
mendiamkanku,.. nan eottokhae??”
sepertinya Sujeong mabuk.
“Ya!! Sujeong-ah.. kau mabuk eoh??.. Aissh.. meminum sedikit saja ia sudah mabuk.. dasar payah..” Padahal yang menghabiskan sebotol sisanya adalah Donghyun, dan sampai detik ini kesadarannya masih penuh sempurna.
“Kau.. namja aneh.. kau benar-benar aneh… aku baru pertama kali menemukan manusia se-aneh dirimu.. kau benar-benar dingin,.. aku sampai tak percaya kau mau berteman denganku..”
Donghyun memilih diam. Dan mendengarkan celotehan Sujeong.
“Appa.. Neomu bogoshipoyo…” Sujeong mulai menangis.
“Aissh.. kau ini, jangan merepotkanku. Ya!! Sujeong-ah.. sadarlah!!” Donghyun mengguncangkan tubuh Sujeong dengan kedua tangannya. Tapi Sujeong bukannya sadar, ia malah pingsan, ia kehilangan keseimbangannya, dan jatuh di bahu Donghyun.
“S..sujeong-ah..” ucap Donghyun lemas.
Yeoja itu,… telah menghancurkan lapisan es tebal yang selama ini membungkus Donghyun.
Padahal baru beberapa hari mereka bertemu, mereka bahkan belum mengenal satu sama lain dengan begitu baik.
“Appa.. neomu neomu bogoshipoyo…” airmata Sujeong belum mengering.
-to be continued-
No comments:
Post a Comment