Apa yang harus kulakukan? Aku tak bisa membedakan
antara benci dan cinta yang kurasa saat ini
Aah..
badanku terasa sungguh pegal.
Aku tertidur sepanjang malam dalam posisi duduk.
Yeoja itu lama sekali membuat kopi, membuatku jadi mengantuk dan ketiduran.
Aku tertidur sepanjang malam dalam posisi duduk.
Yeoja itu lama sekali membuat kopi, membuatku jadi mengantuk dan ketiduran.
Kenapa bahu kananku terasa sungguh berat??
Aku melirik ke sebelah kananku.
Aku melirik ke sebelah kananku.
“Sujeong-ah..??”
Yeoja ini, tertidur lelap dengan kepala yang bersandar di bahuku.
Sejak kapan ia tertidur seperti ini?? Apakah dari semalam??
Jantungku berdetak keras menatapi wajah polosnya. Ia terlihat sungguh
menggemaskan.
Tanganku, bergerak.. menyentuh lembut pipinya.
Tanganku, bergerak.. menyentuh lembut pipinya.
Aku sungguh menyukai saat-saat seperti ini..
Saat aku dekat dengannya…
Saat aku dekat dengannya…
Baiklah, aku mengaku.. aku menyukainya.. Ryu Sujeong.
Gadis yang membuatku berubah… yang membuat hari-hariku lebih berwarna dan berarti.
Ya, aku menyukainya.. sangat menyukainya..
00—————00
CLINGG!!
Terdengar sebuah pesan masuk.
Terdengar sebuah pesan masuk.
Kelihatannya itu pemberitahuan dari salah satu aplikasi sosial media di ponsel Donghyun.
“Kenapa ponselku bisa berada di
genggamannya??” Gumam Donghyun seraya mengambil ponselnya secara perlahan..
sangat amat pelan..
“Mwoya?? Kenapa fotoku jadi aneh begini??!” Donghyun yang terkejut
segera berdiri, melupakan Sujeong yang masih bersandar di bahunya.
BUKK..!!
“Aww..”
Sujeong mengelus kepalanya yang baru saja terbentur.
Benturan itu cukup keras untuk membuat Sujeong terbangun, dan merasa pening.
Benturan itu cukup keras untuk membuat Sujeong terbangun, dan merasa pening.
“Ya!!! Kau apakan ponselku?? Kenapa fotoku jadi begini??” Donghyun menunjukkan ponselnya pada Sujeong yang masih setengah sadar.
“Ah itu.. aku…” Sujeong yang
mulai sadar segera berlari menuju kamar mandi, dan segera menutup pintu.
Berusaha menghindari amarah Donghyun.
“Kau ini.. sungguh jahil!”
Donghyun menahan pintu itu dengan bahunya. Menggagalkan rencana Sujeong yang
ingin bersembunyi di kamar mandi.
“Mianhae.. aku hanya… Aaah!!!”
Sujeong berusaha untuk kabur lagi, walau ia tahu Donghyun sudah berada di
depannya persis dan tak ada jalan keluar.
Lantai kamar mandi begitu licin, membuatnya terpeleset dan kehilangan keseimbangan.
Lantai kamar mandi begitu licin, membuatnya terpeleset dan kehilangan keseimbangan.
Déjà vu …
Kejadian ini kembali terulang.
Saat ini, kedua tangan Donghyun melingkar sempurna di pinggang Sujeong. Menahan tubuh gadis itu agar tidak terjatuh.
Saat ini, kedua tangan Donghyun melingkar sempurna di pinggang Sujeong. Menahan tubuh gadis itu agar tidak terjatuh.
DONGHYUN’s
POV
Yeoja ini benar-benar jahil.
Foto wajahku yang begitu tampan, diubahnya menjadi tak karuan.
Dan ia menggunakannya sebagai foto profil sosial media yang kumiliki. Sungguh memalukan.
Foto wajahku yang begitu tampan, diubahnya menjadi tak karuan.
Dan ia menggunakannya sebagai foto profil sosial media yang kumiliki. Sungguh memalukan.
Ia berlari berusaha menyembunyikan diri di kamar mandi yang mungil itu. Tapi ia kalah cepat denganku.
Tapi ia terus bersikeras untuk melarikan diri. Dan akhirnya ia tergelincir.
Kejadian
beberapa hari lalu kembali terulang.
Kedua tanganku ini, sedang melingkar manis di pinggangnya.
Aku tak dapat mengendalikan diriku…
Melihat yeoja manis itu menatapiku dengan kedua maniknya yang begitu indah.
Apa ia memiliki rasa yang sama denganku??
Perlahan-lahan, aku memperkecil jarak di antara aku dan yeoja itu,
Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya.. hendak mengecup bibir merahnya.
‘Donghyun-ah,, kau tak boleh melakukan ini..’ Hari kecilku menjerit, mengembalikan akal sehatku.
Sementara yeoja itu.. ia diam saja, dan memejamkan kedua matanya erat-erat.
Apa ia berfikir aku akan menciumnya??
Aku
tak boleh melakukan hal seperti ini. Bisa jadi ia akan membenciku jika aku
melakukannya.
SUJEONG’s
POV
Kepalaku masih terasa sedikit pening akibat benturan keras yang membangunkanku.
Namja itu kelihatannya sungguh
marah.
Aku berusaha bersembunyi di kamar mandi. Namun, aku lagi-lagi tergelincir.
Aku berusaha bersembunyi di kamar mandi. Namun, aku lagi-lagi tergelincir.
Namja itu…
melingkarkan kedua tangannya di pinggangku. Berusaha menahan tubuhku agar
tidak terjatuh.
Jantungku…
Kembali berdetak kencang… sangat kencang dan cepat.
Jantungku…
Kembali berdetak kencang… sangat kencang dan cepat.
Namja
itu, mendekatkan wajahnya pada wajahku.
Apakah ia mau menciumku?? Lalu, apa yang harus kulakukan?? Menamparnya??
Tapi mata ini malah terpejam begitu erat..
Otakku tak mau menerima semua ini.. namun hatiku tak mau mengikuti perintah otakku.
Apakah ia mau menciumku?? Lalu, apa yang harus kulakukan?? Menamparnya??
Tapi mata ini malah terpejam begitu erat..
Otakku tak mau menerima semua ini.. namun hatiku tak mau mengikuti perintah otakku.
Hatiku seperti menunggunya.. menunggu saat itu tiba.
Jantungku berdetak semakin cepat.. semakin keras..
“Berhati-hatilah saat berada di kamar mandi..” bisiknya lembut di telingaku.
Aku sungguh malu karena telah salah paham.
Ternyata ia hanya ingin membisikkan kalimat itu.. ia tak mungkin menciumku.. Pabo!!
Ternyata ia hanya ingin membisikkan kalimat itu.. ia tak mungkin menciumku.. Pabo!!
“Menjauhlah dariku..!!” Aku
memukul dada bidangnya dengan kepalan tanganku.
SUJEONG’s POV END
“Ya! Kau marah padaku eoh??” tanya Donghyun yang melihat Sujeong terus memunggunginya.
Sementara
Sujeong, masih diam seribu bahasa.
Ia tak berani menunjukkan wajahnya. Yang mungkin saat ini berwarna merah seperti kepiting rebus.
Ia tak berani menunjukkan wajahnya. Yang mungkin saat ini berwarna merah seperti kepiting rebus.
Sujeong sungguh malu karena telah berfikir yang aneh-aneh tadi.
“Kau tak mendengarkan
ucapanku??” Donghyun menarik lengan Sujeong, membuat Sujeong terpaksa berbalik
padanya.
“Hei! Wajahmu memerah.. apa yang membuatmu jadi merah begini?? Kau pasti mengira aku mau menciummu tadi?? Kau sungguh lucu!” Donghyun tertawa terbahak-bahak setelah melihat wajah Sujeong. Membuat Sujeong semakin malu, dan salah tingkah.
“Aiissh! Sudahlah.. aku mau siap-siap berangkat sekolah.. keluarlah..!!” Sujeong mendorong Donghyun keluar dari rumahnya, lalu menutup pintu dan menguncinya.
‘Aku sungguh malu…!’
00—————00
Seharian ini Donghyun terus mengganggu Sujeong. Ia tak bisa menahan tawa setiap mengingat wajah Sujeong yang memerah.
Sujeong
malu sekaligus kesal pada Donghyun. Namja
itu terus mengungkit-ungkit kejadian pagi tadi.
Hingga saat les tiba, Donghyun masih membahas hal itu.
“Ya!! Tak bisakah kau diam dan tak membahas hal itu?? Aku tak bisa
berkonsentrasi..!” ucap Sujeong.
“Anggap saja ini balasan atas
tingkah jahilmu..” bisik Donghyun.
“Eonnie, apakah kau dan oppa itu berpacaran??” tanya Umji.
“Tak mungkin aku berpacaran
dengan namja aneh seperti dia!.. Hei, kau sebagai adik.. apakah kau akan
merelakan eonnie-mu yang cantik ini
berpacaran dengan namja aneh seperti
dia??” Sujeong balik bertanya.
“Apakah ia se-aneh itu?? Ia namja yang tampan, dan juga baik.. apa kau tak dapat melihat ketampanannya eonnie??”
“Aissh.. kau ini, tak mendukung eonnie-mu.. malah mendukung namja itu.. sudah, belajar lagi..!” ucap
Sujeong.
Ia melirik ke arah Donghyun yang sedang sibuk mengajari seorang anak.
‘Sebenarnya ia tampan juga..’
Sujeong hampir tak berkedip menatapi sosok namja dihadapannya.
“Sujeong ssem, kenapa kau menatapiku terus?? Apa ada yang salah dengan
wajahku??” tanya Donghyun tanpa melihat Sujeong.
‘… bagaimana ia bisa tahu??..’ Sujeong jadi salah tingkah sendiri. Ia berpura-pura menulis, namun pensil yang dipegangnya terbalik.
“Pastikan pipimu tidak memerah..” Lagi-lagi Donghyun mengungkit masalah itu.
“Yeorobeun, sudah dua jam kita belajar.. kalian boleh pulang..” ucap
Sujeong pada anak-anak itu.
Dengan cepat, mereka membereskan alat tulis dan segera pulang.
Dengan cepat, mereka membereskan alat tulis dan segera pulang.
“Sujeong-ah, kau langsung pulang?? Tak bisakah
kau menemaniku sebentar??” Donghyun menahan Sujeong yang akan pulang,
meninggalkan ruangan megah itu.
“Aku punya banyak urusan di
rumah.. besok saja ne..” Sujeong
segera pergi.
Donghyun menatapi kepergian Sujeong dengan tatapan sedih.
Rumahnya terasa sepi sekali…
Rumahnya terasa sepi sekali…
Tiba-tiba
ada sebuah kotak yang menarik perhatiannya. Ia mengambil kotak berbalut kertas
kado itu.
Saengil chukkae Donghyun-ah! Semoga kau berubah, dan tak menjadi namja aneh lagi. Aku hanya bisa memberikan ini sebagai hadiah
ulangtahunmu. Semoga kau menyukainya.. :)
Donghyun
tersenyum membaca surat kecil itu. Pasti ini dari Sujeong.
Dengan penuh semangat ia membuka kotak itu, ia sungguh penasaran, apa yang Sujeong berikan sebagai hadiah di hari ulang tahunnya ini??
Dengan penuh semangat ia membuka kotak itu, ia sungguh penasaran, apa yang Sujeong berikan sebagai hadiah di hari ulang tahunnya ini??
“Waahh..” Donghyun berdecak
kagum melihat sebuah syal tebal berwarna hitam. Warna favoritnya.
Walaupun berwarna sama seperti syal yang dimilikinya, tapi syal pemberian
Sujeong itu memiliki motif yang berbeda.
Donghyun sungguh menyukainya.
00—————00
“Eh.. kenapa ada uang di tasku?”
Sujeong yang tadi berniat mencari dompetnya, malah menemukan selembar uang
bernilai seratus ribu rupiah di tasnya.
“Kau habis mencuri eoh??”
“Kami semua tahu bahwa kau sudah
kehilangan ayahmu, tapi jangan jadi pencuri!”
Tiba-tiba ada beberapa anak yang mengerumuninya.
Tiba-tiba ada beberapa anak yang mengerumuninya.
“Aku sama sekali tak pernah mencuri!! Walau aku berkekurangan, tapi aku takkan pernah mencuri!!” bantah Sujeong.
“Dia sudah menjadi penjahat..
dia sudah menipu kita semua, pasti mencuri sudah jadi hal biasa untuknya..”
tambah seorang perempuan.
“Penjahat seperti dia tak pantas ada di kelas kita! Ayo kita buat dia keluar dari kelas ini..!”
Hampir semua anak di kelas itu mengerumuni Sujeong, berusaha menariknya keluar dari kelas itu.
“Jangan..! tolong.. hentikan..”
Sujeong melindungi kepalanya.
Percuma saja Sujeong berteriak, Seluruh siswa dikelas itu mungkin sudah membencinya dan ingin mengeluarkannya dari kelas ini.
Percuma saja Sujeong berteriak, Seluruh siswa dikelas itu mungkin sudah membencinya dan ingin mengeluarkannya dari kelas ini.
Sujeong merasa ada tangan kekar yang mendekapnya, membawanya keluar dari
kerumunan anak-anak yang kejam itu.
“Kenapa kalian membenci yeoja ini?? Ia tak bersalah..! Uang yang
ada di tasnya adalah uangku, yang memang kuberikan untuknya. Kalian tak
seharusnya bersikap kejam seperti itu..”
‘Suara ini… aku mengenalnya…’
DONGHYUN’s
POV
Anak-anak di kelas ini.. mereka sungguh berisik dan kejam.
Aku sama sekali tak bermaksud membuatnya berada dalam masalah seperti ini. Aku hanya ingin mengembalikan uang yang mungkin cukup banyak baginya.
Aku sama sekali tak bermaksud membuatnya berada dalam masalah seperti ini. Aku hanya ingin mengembalikan uang yang mungkin cukup banyak baginya.
Ia
memberikan syal yang menjadi hadiah ulang tahunku itu, seharga seratus ribu.
Aku mengetahui itu, karena ia belum melepas label harganya. Dan itu jumlah yang
cukup banyak untuknya, aku yakin.
Aku menariknya dalam dekapanku.. membantunya keluar dari kerumunan itu.
Sampai di tempat yang agak sepi, aku melepaskan pelukanku.
Sampai di tempat yang agak sepi, aku melepaskan pelukanku.
“Sujeong-ah.. gwaenchana??” tanyaku perlahan.
Tak ada jawaban darinya.. aku mendengar suara isak tangis.
“Sujeong-ah.. kau menangis??”
Yeoja ini, masih menyembunyikan wajahnya di bahuku. Mendengar suara isak tangisnya, membuat hatiku pedih..
Aku
sungguh tak suka melihatnya menangis..
Aku akan memarahi siapapun yang
membuatnya menangis.!
“Mianhae … jeongmal mianhae…” ia masih terisak.
Tangan
ini… bergerak, mengelus pundaknya perlahan.
“Sujeong-ah… aku tak bermaksud untuk membuatmu berada dalam masalah seperti ini.. nado mianhae.. .. uljima…”
00—————00
“Aku tak tahu, kenapa mereka
membenciku… apa hanya karena status ekonomi??” Sujeong menghapus air matanya,
dan mulai menegakkan kepalanya.
“Sujeong-ah.. walaupun mereka membencimu .. meninggalkanmu .. mengucilkanmu
.. ingatlah .. kau masih memilikiku, yang berjanji akan selalu ada untukmu..”
Donghyun menggenggam tangan Sujeong.
Sujeong melirik syal yang melingkar manis menutupi leher Donghyun.
“Syal ini.. kau yang memberikannya kan?? Aku sungguh menyukainya.. gomawo ne..” Donghyun tersenyum.
“Syal ini.. kau yang memberikannya kan?? Aku sungguh menyukainya.. gomawo ne..” Donghyun tersenyum.
Sujeong
sungguh puas mendengar itu. Pilihannya tak salah..
“Tapi, darimana kau mengetahui
tanggal ulangtahunku?? Apakah ini tak terlalu mahal??” tanya Donghyun.
“Aku mengetahuinya saat membaca
biodata di ponselmu… kau tak seharusnya mengembalikan uang ini.. aku sudah
membelikannya untukmu,.. kau tak perlu khawatir..”
Sujeong mengembalikan
selembar uang bernilai seratus ribu yang tadi berada di tasnya.
Sebenarnya ia menggunakan uang yang didapat dari hasil jerih payahnya menjadi guru les.
Dan ada beberapa anak yang sudah membayarnya di awal pertemuan..
“Tapi.. bagaimana kau bisa
tahu kalau aku yang memberikannya? Aku tak menulis namaku di surat kecil itu..”
“Yang memanggilku dengan sebutan
‘namja aneh’ hanya kau.. Dan, dunia
ini lupa bahwa ada seorang sepertiku…yang menganggapku ada, hanya kau …”
Sujeong tertegun mendengar itu. Nasib namja
ini sungguh malang..
Hidup sebatang kara.. dengan penyakit aneh..
Hidup sebatang kara.. dengan penyakit aneh..
00—————00
“Ahjussi..
jeongmal kamsahamnida untuk bantuanmu selama ini..” Sujeong membungkukkan
badannya penuh rasa hormat.
Paman Kim, adalah seorang yang sangat dihormati oleh Sujeong. Ia yang membantu Sujeong hidup selama ini..
Ia sungguh banyak membantu keluarga kecil Sujeong. Tanpanya, mungkin Sujeong sudah menjadi gelandangan sekarang.
“Kau tak usah begitu sungkan.. aku sudah
menganggapmu seperti anakku sendiri.. Ah ne..
ini ada sedikit uang untuk uang saku-mu.. kau bisa panggil aku dengan sebutan appa”
Paman berkacamata itu mengeluarkan sebuah amplop coklat dari sakunya.
Paman berkacamata itu mengeluarkan sebuah amplop coklat dari sakunya.
“Jeongmal
kamsahamnida ahjussi , maksudku appa..
kau benar-benar baik.. aku berhutang banyak padamu.. kamsahamnida ne…” Sujeong membungkukkan badannya berkali-kali.
“Ayah yang luar biasa …” Donghyun tiba-tiba muncul,
ia masuk ke rumah itu seraya bertepuk tangan.
“Donghyun-ah, sejak kapan kau datang??” Tanya Sujeong.
“Anak sendiri disia-siakan.. tapi kau malah
menganggap anak orang lain sebagai anakmu sendiri.. Kau benar-benar hebat..”
Donghyun tak menggubris pertanyaan Sujeong.
“Donghyun-ah,
bukan begitu maksudku.. aku hanya ingin berkunjung ke rumahnya..” paman Kim,
atau yang merupakan ayah kandung Donghyun, terkejut dengan kehadiran Donghyun.
“Bukan begitu maksudmu?? Lalu apa?? Kau bahkan
lebih memilih untuk mengunjungi rumah yeoja
asing ini, daripada mengunjungi rumah anakmu..! Lalu, kemana eomma?? Apa ia juga menganggap yeoja ini sebagai anaknya??!”
Sujeong benar-benar tak mengerti, apa yang terjadi, apa maksud semua ini. Ia
tak tahu bahwa paman Kim merupakan ayah dari Donghyun.
“Eomma.. sedang ada pertemuan hari ini. Donghyun-ah, appa
tak pernah bermaksud untuk tak menghiraukan keberadaanmu. Kami sekeluarga akan
menemuimu di rumah..”
“Ya.. kurung saja aku di rumah
terus!! Aku seperti hewan malang dan cacat yang dikurung dalam kandang emas..
Namun sang majikan, tak pernah menyayangiku.. Aku sungguh membenci kalian
semua..!!” Donghyun melangkah meninggalkan tempat itu.
Tapi
langkahnya terhenti saat tatapannya bertemu dengan tatapan Sujeong.
“Kau.. Aku tak pernah menyangka bahwa kedua orang tuaku mengurusi yeoja sepertimu..!”
Ia melangkah pergi, meninggalkan tempat itu, dan meninggalkan sejumlah pertanyaan.
Sujeong
menatapi kepergian namja itu dengan
tatapan sedih, khawatir, takut namja
itu akan marah padanya yang tak mengerti apa-apa.
“Sujeong-ah, kau mengenalnya??” Tanya paman Kim.
“Ne.. kami cukup dekat..” Jawab Sujeong lirih. “Kim ahjussi, apakah Donghyun disembunyikan
oleh keluarga ahjussi?? Kulihat
selama ini ia hidup sebatang kara.. hidupnya sungguh malang..”
Sujeong tak bisa
memanggil paman itu dengan sebutan appa,
paman itu bukan ayahnya.. paman itu memiliki anak yang terlupakan.
Paman Kim tertegun mendengar ucapan Sujeong.
“Sebenarnya bukan disembunyikan.. tapi ia memiliki penyakit aneh, keluarga kami bingung harus menjelaskan seperti apa penyakitnya”
“Sebenarnya bukan disembunyikan.. tapi ia memiliki penyakit aneh, keluarga kami bingung harus menjelaskan seperti apa penyakitnya”
“Tapi menurutku, penyakitnya tak
se-aneh itu.. Ia hanya sensitif pada suhu rendah. Apa yang harus di
sembunyikan?? Ia memiliki anggota tubuh yang lengkap, wajahnya tampan, ia
terlihat seperti manusia biasa..”
Ucapan Sujeong itu tampaknya berhasil menyadarkan paman Kim. Sujeong merasa
senang karena itu.
Setelah paman itu pergi meninggalkan rumahnya.. Sujeong berniat untuk
mengunjungi rumah Donghyun, memastikan apakah namja itu marah atau tidak. Dan sore ini, ia masih memiliki jadwal
mengajar anak-anak les.
Pintu kayu yang besar itu tertutup rapat. Sangat rapat… tak terbuka lebar
seperti biasanya.
Apa Donghyun benar-benar marah??
Apa Donghyun benar-benar marah??
Di
perjalanan pulang, Sujeong berfikir sejenak.
‘Paman Kim, adalah pengusaha
terkenal di Korea.. Dan,.. Donghyun pernah mengatakan bahwa ayahnya adalah
pengusaha terkenal di Korea … Kim Donghyun …
Aissh! Bagaimana aku bisa tak tahu tentang hal ini??!!’
-to be continued-
No comments:
Post a Comment