Namja itu berhasil membuat jantungku berdetak tak
karuan
“Jadi ingat ya, yang berbentuk
seperti ‘u’ itu gabungan, dan yang berbentuk seperti ‘n’ itu irisan.. arasseo??” Sujeong masih semangat
mengajari anak-anak itu, walau sudah dua jam berlalu.
Sementara
Donghyun, ia benar-benar jenuh mengajari anak SMP yang tak kunjung mengerti ini.
“Hei.. yeoja aneh.. apa kau tidak lelah?? Aku
sungguh lelah, mereka tak juga mengerti walau sudah ku jelaskan berkali-kali..”
protes Donghyun.
“Aku tak merasa lelah sama
sekali.. aku senang.. kalau kau lelah, istirahatlah saja.. Nanti penyakitmu kambuh lagi..” Sujeong terlihat
masih sibuk mengecek pekerjaan anak-anak itu.
“Hei, kau kira aku namja lemah seperti itu? Aku takkan
sakit walau se-lelah apapun.. aku hanya sensitif dengan suhu rendah.. jadi, jangan
meremehkanku…” bisik Donghyun.
“Oppa,, kau begitu tampan, apa aku boleh berfoto denganmu?” ucap seorang perempuan.
Donghyun mengangguk sambil tersenyum bangga.
“Ya!! Jangan sibuk sendiri.. ayo belajar..” ucap Sujeong.
“Eonnie, sepertinya sudah dulu ne..
kami lelah belajar,. Sudah dua jam lebih kami belajar.. sudah ya??” ucap anak
perempuan yang lain, ditambah respon anak-anak lain yang menyetujui ucapan itu.
“Aissh.. baru dua jam saja sudah
mengeluh.. kumpulkan pekerjaan kalian hari ini.. besok les dimulai pukul lima
sore.. Cepatlah pulang ke rumah masing-masing..” ucap Sujeong.
Anak-anak segera menumpuk buku mereka, dan sebagian besar dari mereka
mengerumuni Donghyun. Untuk bertanya ini-itu, dan mengambil foto bersama.
‘Tampan?? Tampan
darimananya? Wajahnya terlihat benar-benar dingin begitu, dibilang tampan..’
Sujeong menyibukkan diri dengan pekerjaan anak-anak tadi.
Ia mengoreksi jawaban-jawaban dan cara penyelesaian soal matematika yang
diberikannya tadi.
5 menit..
20 menit ..
satu jam berlalu ..
“Sujeong-ah.. anak-anak sudah pulang, kenapa sedari tadi kau diam saja?? Kau
tak pulang eoh??” tanya Donghyun yang
baru saja mengantarkan anak-anak itu sampai ke luar rumahnya.
Tak
ada jawaban dari Sujeong, padahal yeoja
itu dalam posisi duduk dan memegang penanya.
“Ya! Sujeong-ah..”
Donghyun menepuk bahu yeoja itu, tapi
masih saja tak ada tanggapan.
Ia duduk dihadapan Sujeong.
Ia duduk dihadapan Sujeong.
“Aissh.. kau tertidur,…” gumam
Donghyun setelah menyadari bahwa yeoja itu
sudah tertidur pulas, dengan sebuah pena yang masih digenggamnya erat-erat.
Donghyun
menatapi Sujeong yang tertidur dengan cara unik seperti itu.
“Sujeong-ah.. hari ini, aku merasa menjadi seorang yang berbeda … aku bisa bergaul dengan anak-anak itu begitu mudahnya.. aku senang sekali bisa membaur dengan mereka.. Gomawo ne …”
bisik Donghyun yang masih terus menatap Sujeong.
“Sujeong-ah.. hari ini, aku merasa menjadi seorang yang berbeda … aku bisa bergaul dengan anak-anak itu begitu mudahnya.. aku senang sekali bisa membaur dengan mereka.. Gomawo ne …”
bisik Donghyun yang masih terus menatap Sujeong.
“Ahhh… aku sangat lelah …” gumam
Sujeong dalam tidurnya.
“Sujeong-ah, kau benar-benar lelah eoh??”
tanya Donghyun.
“Sangat amat lelah…”
“Jinjja?? Bagaimana kalau aku mengirimkan orang yang akan membantumu
menyelesaikan pekerjaan rumahmu setiap hari??”
Sujeong
menjawabnya dengan gumaman. Ia masih memejamkan matanya, dan mungkin setengah
dari kesadarannya sudah pergi ke alam mimpi.
DONGHYUN’s
POV
Aku
sungguh merasa senang bisa bergaul dengan anak-anak itu dengan sangat mudah.
Entah mengapa, aku bisa berubah secepat ini, dan aku merasa sangat senang.. sangat amat senang..
Entah mengapa, aku bisa berubah secepat ini, dan aku merasa sangat senang.. sangat amat senang..
Ternyata yeoja itu sudah tertidur
sedari tadi. Pantas saja ia tak bersuara sama sekali…
Aku duduk dihadapannya, dan mengajaknya bicara, walau ia tak mungkin menjawabnya.
Ia terlihat sangat lucu saat tertidur seperti ini.
Aku duduk dihadapannya, dan mengajaknya bicara, walau ia tak mungkin menjawabnya.
Ia terlihat sangat lucu saat tertidur seperti ini.
Garis-garis
wajahnya, menonjolkan kelelahan yang sudah ditanggungnya seharian ini.
Gadis sepolos dia, harus bertarung melawan kerasnya kehidupan di usianya yang
masih belia.
Entah mengapa, aku merasa senang sekali bisa dekat dengannya.
Perasaan
macam apa ini??
Tak mungkin aku sudah jatuh hati padanya.. Sangat amat tak mungkin..
Tak mungkin aku sudah jatuh hati padanya.. Sangat amat tak mungkin..
Aku baru mengenalnya beberapa hari.. bahkan aku belum mengenalnya dengan baik..
Namun aku bisa merasakan, bahwa ia orang baik.. dan benar-benar tulus.. juga ceria..
00—————00
Sinar
matahari perlahan muncul, dan menyapa hangat setiap insan di muka bumi pagi
hari ini.
Membangunkan kedua manusia ini secara perlahan.
Membangunkan kedua manusia ini secara perlahan.
“Aigoo.. badanku terasa pegal semua..” Sujeong mulai membuka
matanya, dan mengumpulkan kesadarannya.
Ia
mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu.
Ini..??
“Jadi.. aku tak pulang
semalam??” gumamnya.
Sujeong teringat bahwa ia sempat tertidur saat sedang mengecek pekerjaan
anak-anak.. dan, sekarang sudah pagi. Ia masih berada di ruang tamu.
“Donghyun..??” gumamnya saat
melihat Donghyun yang masih tertidur, dengan kepala yang diletakkan di atas
meja.
Tak berselang lama, Namja itu juga
bangun.
“Donghyun-ah.. kenapa kemarin kau tak membangunkanku?? Aissh.. bagaimana dengan Umji,,??” Sujeong panik sendiri.
“Donghyun-ah.. kenapa kemarin kau tak membangunkanku?? Aissh.. bagaimana dengan Umji,,??” Sujeong panik sendiri.
Donghyun
terlihat masih belum sadar sepenuhnya. Sekitar beberapa menit kemudian ia baru
menjawab pertanyaan itu.
“Tak usah khawatir, aku
sudah bilang pada Umji untuk membiarkanmu disini.. Ahh.. aku masih ingin
tidur..” Donghyun kembali meletakkan kepalanya di atas meja.
“Ya!! Ireonna!! Sekarang
sudah pukul enam pagi. Kita terlambat ke sekolah!! Donghyun-ah.. Ireonna!!,
aku harus siap-siap di rumah dulu !!” Sujeong berlari menuju rumahnya.
Dengan kecepatan kilat, ia segera mandi, berganti pakaian, dan menyiapkan
sarapan untuk Umji. Semuanya dilakukan begitu cepat.
Namun pada akhirnya, ia tetap saja terlambat.. dan mendapat hukuman..
“Ya ampun, kalian berdua ini..
sudah siang begini baru datang?? Kalian kemana saja?? Kalian sapu lapangan
saja.. jangan sampai ada sampah yang tertinggal!!” ucap sang guru kesiswaan.
‘Kalian berdua?? Bukankah aku
berangkat sendirian??’ Sujeong melirik ke belakangnya.
“Mwo?? Kenapa kau malah melirikku?? Cepat ambillah sapu, untukku
juga..!” ucap Donghyun.
Sujeong malas menanggapi namja itu, ia segera mengambil sapu untuk dirinya sendiri.
Sujeong malas menanggapi namja itu, ia segera mengambil sapu untuk dirinya sendiri.
Untuk apa ia mengambilkan
sapu?? Namja itu punya tangan dan
kaki kan??
Tanpa banyak bicara, Sujeong segera menyapu lapangan yang cukup luas itu.
Di pagi hari begini, tukang bersih-bersih sekolah belum sempat menyapu lapangan.
Dan lapangan itu benar-benar kotor, ada sampah-sampah bungkus snack berserakan, dan ada daun-daun kering yang jatuh dari pohon.
Di pagi hari begini, tukang bersih-bersih sekolah belum sempat menyapu lapangan.
Dan lapangan itu benar-benar kotor, ada sampah-sampah bungkus snack berserakan, dan ada daun-daun kering yang jatuh dari pohon.
“Ya!! Bukankah aku menyuruhmu untuk mengambilkanku sapu?? Kau marah
padaku eoh??” Tanya Donghyun yang
sudah menggenggam sapu, dan menemani Sujeong menyapu lapangan besar itu.
Sujeong hanya menggeleng. Ia masih terfokus pada kegiatan hukumannya pagi ini.
Sujeong hanya menggeleng. Ia masih terfokus pada kegiatan hukumannya pagi ini.
Keheningan… sempat menyelimuti mereka berdua selama beberapa lama.
Hingga sampah-sampah itu sudah terkumpul, dan tugas mereka hampir selesai..
“Sujeong-ah, apa aku terlihat bagus memakai
kacamata??” Tanya Donghyun memecah keheningan.
Sujeong memalingkan kepalanya dan menatap Donghyun sejenak..
Sujeong memalingkan kepalanya dan menatap Donghyun sejenak..
Selama beberapa detik, Sujeong masih diam, membuat Donghyun penasaran akan
jawaban Sujeong.
“Hmm.. kau terlihat tampan
menggunakan kacamata seperti itu..” jawab Sujeong seraya meletakkan sapu dan
melangkah menuju ke kelas.
“Mwo?? Kau bilang aku tampan?? Bisakah kau mengulanginya sekali
lagi??? Aku akan merekamnya..” Donghyun menyusul Sujeong seraya mengeluarkan
ponselnya.
“Sirheo!! Aku takkan mengulanginya.. sampai kapanpun..” Sujeong
setengah berlari menuju kelas.
“Ya!!.. kau ini,.. ulangi sekali lagi.. hanbeonman (hanya sekali)..”
“Joheun achim (selamat pagi) seonsaengnim..”
ucap Sujeong yang sampai ke kelas terlebih dahulu.
“Maaf kami terlambat…” tambah
Donghyun.
“Aissh.. kalian ini.. kenapa
bisa terlambat se-siang ini?? Cepat duduk!” ucap Kyuhyun seonsaengnim, Guru mata pelajaran Fisika.
Tak lama setelah mereka duduk di bangku masing-masing..
“Berkaitan dengan penjelasan ini.. bukankah saya memberi tugas kemarin?? Siapa yang belum mengerjakan tugas kelompok??” tanya Kyu ssem.
“Berkaitan dengan penjelasan ini.. bukankah saya memberi tugas kemarin?? Siapa yang belum mengerjakan tugas kelompok??” tanya Kyu ssem.
“Aissh.. Sowon-ah.. kita belum mengerjakannya..” bisik
Sujeong pada Sowon yang duduk di baris depannya.
“Aigoo.. aku lupa tentang itu…” jawab Sowon
“Semuanya mengerjakan??? Yang
tidak mengerjakan tolong angkat tangan kalian” Ucap Kyu ssem lagi.
Dengan penuh keraguan.. Sujeong dan Sowon mengangkat tangan mereka.
Hebatnya, hanya mereka yang belum mengerjakan tugas itu.
Hebatnya, hanya mereka yang belum mengerjakan tugas itu.
“Kalian bertiga keluar!!..”
bentak Kyu ssem.
‘Bertiga??’
“Oh ya, kalau anak-anak lain
mengerjakan dua praktikum, kalian harus mengerjakan tiga praktikum, praktikum
yang ketiga tentang Asas Black. Laporan dibuat rangkap tiga, akhir pekan ini
harus dikumpulkan . Arasseo??”
“Ne,..”
Mereka bertiga –Sujeong, Sowon,
Donghyun– melangkah meninggalkan kelas
itu.
“Kau ternyata belum
mengerjakan tugasnya.. sudah kubilang, tugas ini tidak mudah.. ditambah dengan
asas-asas itu tadi..” ucap Sujeong.
Ia sungguh membenci pelajaran Fisika. Menurutnya, pelajaran itu terlalu muluk-muluk.
Apakah mungkin, jika seorang ingin minum air es, lalu ia mengukur suhu air, suhu es, berat air, berat es, lalu menghitungnya dengan rumus sebelum meminumnya? (asas Black).
Apakah mungkin, jika seorang ingin minum air es, lalu ia mengukur suhu air, suhu es, berat air, berat es, lalu menghitungnya dengan rumus sebelum meminumnya? (asas Black).
Tak mungkin kan?? Lalu untuk apa rumus-rumus yang banyaknya segudang dan
sulitnya selangit itu diciptakan? Merepotkan saja..
“Aku tak merasa kesulitan sama
sekali.. aku hanya lupa membawa laporannya..” ucap Donghyun dingin, membuat
Sujeong yang merasa kalah dalam debat itu menjadi sangat kesal.
“Aissh.. terserahlah! Kau itu
memang aneh..!!” Sujeong memilih untuk bersama Sowon saja..
Namja itu sepertinya berkepribadian ganda, terkadang ia dingin dan menyebalkan seperti ini. Tapi kemarin, ia sungguh baik dan ramah.. entahlah…
Namja itu sepertinya berkepribadian ganda, terkadang ia dingin dan menyebalkan seperti ini. Tapi kemarin, ia sungguh baik dan ramah.. entahlah…
“Ehmmm.. kau sepertinya memiliki
hubungan khusus dengan anak baru itu?? Kau sudah mengenalnya cukup dekat??”
tanya Sowon yang mendengarkan percakapan kedua manusia itu sedari tadi.
“Ya.. aku bermusuhan dengannya..
ia sungguh menjengkelkan! Berkepribadian ganda! Aneh! Dingin! Sombong!!”
“Kau ini.. mau menyebutkan
berapa banyak?? Tak usah teriak-teriak juga.. Suaramu membuat telingaku
sakit..” Sowon memukul pelan lengan Sujeong.
“Kalian membicarakanku?? Jangan
dibelakangku.. katakan langsung..”
00—————00
SUJEONG’s
POV
Huh! Aku mendapat dua hukuman di pagi hari ini. Hari yang buruk.. sangat amat
buruk.
Ditambah, namja aneh itu yang membuatku kesal.
Ditambah, namja aneh itu yang membuatku kesal.
Ia
sungguh aneh, sangat amat aneh..
Aku
menceritakan keanehannya pada Sowon, sahabatku. Dan tiba-tiba ia ikut campur.
“Kalian membicarakanku?? Jangan dibelakangku..
katakan langsung..” ucapnya yang tiba-tiba berada di hadapanku, entah sejak
kapan.
“Ya.. kami membicarakanmu, namja aneh..! Kau benar-benar aneh!
Berkepribadian ganda, sombong, dingin, penyendiri. Baru kali ini aku bertemu
dengan namja se-aneh kau..”
belum sempat aku menyelesaikan rangkaian kata-kata itu…
belum sempat aku menyelesaikan rangkaian kata-kata itu…
“Kau mengatakan serangkaian
kalimat itu, seakan-akan aku merupakan orang ter-aneh di dunia ini..” Namja itu mendekatkan wajahnya ke
wajahku.
Jantungku…
Berdetak sangat cepat.. dan sangat keras.
Ku harap ia tak mendengar detak jantungku ini.
Kenapa aku?? Mungkin ini karena aku terlalu lelah…
Aku tak bisa tidur dengan posisi yang nyaman semalam.
Ya.. aku pasti kelelahan..
“Kau belum mengenalku
dengan baik..” ucapnya lagi, lalu ia meninggalkan aku.
Dan membiarkan jantung ini terus berdetak keras dan cepat.
Dan membiarkan jantung ini terus berdetak keras dan cepat.
Speechless..
Aku masih membisu, mencari akal sehatku yang pergi entah kemana..
00—————00
Hari
berlalu dengan cepat, dan petang sudah tiba.
Umji memberitahu, bahwa teman-temannya tak datang dalam les hari ini karena mereka sedang ada kegiatan eskul. Dan besok mereka baru kembali melanjutkan les.
Umji memberitahu, bahwa teman-temannya tak datang dalam les hari ini karena mereka sedang ada kegiatan eskul. Dan besok mereka baru kembali melanjutkan les.
Baguslah..
Sujeong dapat beristirahat sejenak, dari pekan yang penat ini.
Ia teringat dengan sedikit kejadian hari ini, sebagian besar dari dirinya masih marah pada Donghyun,
Ia teringat dengan sedikit kejadian hari ini, sebagian besar dari dirinya masih marah pada Donghyun,
sangat marah.
Tapi, mengapa??
Mengapa ia harus marah pada Donghyun??
Sujeong masih mencari jawaban dari pertanyaan itu. Tapi ia tak menemukannya setelah sekian saat berfikir tentang hal itu.
Sujeong masih mencari jawaban dari pertanyaan itu. Tapi ia tak menemukannya setelah sekian saat berfikir tentang hal itu.
Tiba-tiba
ia mendengar suara pintu yang dibanting dengan keras.
“Umji-ya… mwo haneun geoya??” Sujeong yang sedang tidur-tiduran di kamar segera keluar dan..
“Umji-ya… mwo haneun geoya??” Sujeong yang sedang tidur-tiduran di kamar segera keluar dan..
“Hei.. Yeoja aneh.. apa kompormu berfungsi?? Aku sangat lapar..”
Orang yang sedang sibuk dipikirkan Sujeong,.. yang membuat suara gaduh itu. Ia
memasuki rumah mungil itu begitu saja. Tanpa ijin pada pemilik rumah yang
kebingungan menatapinya.
“Aissh.. kau ini seperti
perampok saja.. bukankah rumahmu besar? Pasti kau memiliki kompor besar yang
canggih. Atau kau bisa meminta tolong pada pembantu-pembantumu yang banyak
itu.. kenapa harus kesini??”
Protes
Sujeong seraya mengikuti langkah Donghyun ke dapurnya.
“Aku tak boleh makan mi
instan di rumahku sendiri… aku ingin makan makanan jenis ini sekali-kali..”
Donghyun sibuk mencari panci yang pas untuk memasak mi instan yang
digenggamnya.
“Ya!! Kau jangan mengacak-acak dapurku!! Aku lelah membereskannya…
Pakai yang ini..” Sujeong segera mengambilkan sebuah panci kecil dengan gagang
kayu. Warnanya sudah menghitam terkena panasnya api setiap hari.
“Kau yakin akan membiarkanku, anak tuan Kim yang terkenal itu memasak dengan panci seburuk ini??” Donghyun membolak-balik panci itu dan menatapnya dengan tatapan aneh.
“Kalau tak mau ya sudah.. pulanglah saja..” Sujeong meninggalkan dapur itu.
“Aissh.. yeoja ini.. tak menyambut tamu dengan baik..”
Donghyun akhirnya menggunakan panci itu. Dan mulai memasak sendiri.
Sementara Sujeong sibuk (sebenarnya menyibukkan diri). Entah apa yang dikerjakannya, ia hanya membolak-balik buku.
“Untukmu..” Donghyun
menyodorkan semangkuk mi instan berkuah dengan asap yang masih mengepul.
Membuyarkan lamunan Sujeong.
“Eh.. untukku??” tanya Sujeong.
“Ne.. aku membuat dua porsi.. Anggap saja sebagai bayaran karena aku
telah mengacak-acak dapurmu..” Donghyun mulai menyantap makanan itu dengan
lahap.
Sujeong segera menyantap makanan itu. Cara Donghyun makan, membuat makanan itu terlihat benar-benar lezat.
Sujeong segera menyantap makanan itu. Cara Donghyun makan, membuat makanan itu terlihat benar-benar lezat.
Sampai beberapa menit, tak ada percakapan yang mendampingi mereka.
Masing-masing mereka sibuk dengan makanan di hadapan mereka.
Masing-masing mereka sibuk dengan makanan di hadapan mereka.
“Donghyun-ah.. kau mau minum apa?” tanya Sujeong yang sudah menghabiskan
makanan itu.
“Terserah kau saja..” jawab
Donghyun.
“Baiklah, akan ku ambilkan
minyak goreng..”
“Neo!!” bentak Donghyun.
“Aku hanya bercanda..” Sujeong
tersenyum jahil “salah kau sendiri
bilang ‘terserah’..”
Sujeong kembali membawa dua gelas air putih.
Sujeong kembali membawa dua gelas air putih.
“Air putih?? Tak ada yang
lain??” tanya Donghyun.
“Aku hanya punya ini..” Sujeong
segera menenggaknya sampai habis tak bersisa.
“Lalu kenapa kau menawarkanku
‘mau minum apa?’. Kalau aku minta kopi bagaimana?” tanya Donghyun di sela-sela
minumnya.
“Aku jawab ‘tak ada’. Lagi pula
ini sudah sore, kalau kau minum kopi sekarang, kau takkan bisa tidur malam
nanti..”
“Tapi aku benar-benar ingin kopi
hangat.. Aku merasa sedikit kedinginan..”
“Jinjjayo?? Kalau begitu aku akan belikan sebentar..” Sujeong segera
berdiri.. “Umji-ya.. Umji-ya..”
Sang pemilik nama tak menjawab.
Sang pemilik nama tak menjawab.
Sujeong mencarinya ke seluruh penjuru rumah, namun akhirnya ia menemukan secarik
kertas mungil.
Eonnie, aku menginap di rumah Hyorin eonnie untuk malam ini. Besok aku masuk
siang.. Aku akan berangkat ke sekolah langsung dari sini. Sampai jumpa di les
besok ^^ -Umji yang paling cantik.
”Aissh..
anak ini..” gumam Sujeong.
Akhirnya ia berjalan menuju ke warung seberang, untuk membeli sebungkus kopi.
Ia segera menyeduhnya, dan memberikannya pada Donghyun.
Akhirnya ia berjalan menuju ke warung seberang, untuk membeli sebungkus kopi.
Ia segera menyeduhnya, dan memberikannya pada Donghyun.
“Donghyun-ah.. kopinya sudah tiba..” ucap Sujeong seraya meletakkan segelas
kopi hangat di atas lantai.
Tak
ada jawaban dari namja itu.
“Aissh.. ia tertidur..”
gumam Sujeong yang mendengar suara dengkuran kecil. “Atau, jangan-jangan ia
sengaja mengerjaiku?? Awas saja kau kalau bangun nanti..”
Sujeong melihat sebuah ponsel yang tergeletak di dekat tangan Donghyun.
Naluri jahilnya muncul tiba-tiba.
Ia mengambil ponsel itu secara perlahan, berusaha tak menyentuh telapak tangan Donghyun.
Naluri jahilnya muncul tiba-tiba.
Ia mengambil ponsel itu secara perlahan, berusaha tak menyentuh telapak tangan Donghyun.
Setelah berhasil, ia mulai asyik mengutak-atik ponsel itu.
Ia
meng-edit foto Donghyun dengan aplikasi edit foto yang sudah ada di ponsel itu.
Memberi tanduk merah, memberi kumis hitam, mencoret-coret gigi putihnya menjadi hitam.
Sujeong tersenyum puas melihat hasil coretannya itu.
Memberi tanduk merah, memberi kumis hitam, mencoret-coret gigi putihnya menjadi hitam.
Sujeong tersenyum puas melihat hasil coretannya itu.
Ada beberapa aplikasi sosial media yang terpasang di ponsel itu. Sujeong
menjadikan foto editannya tadi sebagai foto profil dari beberapa akun sosial
media yang dimiliki Donghyun.
Is this love? I can’t believe it.. ‘cause this is
too fast.
But, there is a sense like some kind of happines when I meet her.
I like to see her face, her smiling face, her angry face.
I really wanna to protect her, be a shelter for her.
Is this love?? I’m not sure..
Can somebody tell me what is this?? This is so weird..
But, there is a sense like some kind of happines when I meet her.
I like to see her face, her smiling face, her angry face.
I really wanna to protect her, be a shelter for her.
Is this love?? I’m not sure..
Can somebody tell me what is this?? This is so weird..
“Apa
artinya??” gumam Sujeong setelah membaca isi catatan berbahasa inggris itu.
Sujeong tak terlalu mengerti arti dari catatan itu.
Ia menarik kesimpulan sendiri. Bahwa namja yang tertidur dalam posisi duduk ini, sedang jatuh cinta pada seorang gadis yang tak ditulis namanya dalam catatan itu.
Sujeong tak terlalu mengerti arti dari catatan itu.
Ia menarik kesimpulan sendiri. Bahwa namja yang tertidur dalam posisi duduk ini, sedang jatuh cinta pada seorang gadis yang tak ditulis namanya dalam catatan itu.
‘Kenapa tiba-tiba oksigen disini
terasa menipis?? Aku merasa sesak..’
Perasaan aneh membungkus hati Sujeong.
Entah mengapa perasaan itu tiba-tiba datang. Keceriaannya menghilang, berganti dengan kesedihan.
Ia sendiri tak mengerti kenapa ia sedih.
Perasaan aneh membungkus hati Sujeong.
Entah mengapa perasaan itu tiba-tiba datang. Keceriaannya menghilang, berganti dengan kesedihan.
Ia sendiri tak mengerti kenapa ia sedih.
Sujeong memilih untuk bermain game
saja. Kelihatannya game yang ada di
ponsel itu cukup seru untuk dimainkan.
10
menit berlalu…
Sujeong mulai mengantuk..
Akhirnya ia jatuh tertidur dengan ponsel Donghyun yang masih digenggamnya.
Kepalanya, tersandar di
bahu
Donghyun…
-to be continued-
No comments:
Post a Comment