-Semuanya... pergi begitu saja, dihembus angin dingin yang entah sejak kapan mengalahkan hangatnya sinar mentari pagi ini-
Cuaca
pagi ini sangat cerah. Secerah senyuman Sujeong di pagi hari ini.
Sujeong, seorang gadis biasa yang masih polos…
Kebaikan hari ini pergi begitu cepat saat ia dalam perjalanan menuju sekolah.
Sujeong, seorang gadis biasa yang masih polos…
Kebaikan hari ini pergi begitu cepat saat ia dalam perjalanan menuju sekolah.
Ia
bertemu kakak kelas yang sekaligus pacarnya. Tiba-tiba emosinya tersulut begitu
ada secuplik ingatan yang muncul di benaknya.
“Oppa, siapa yeoja yang
bersamamu kemarin?”
“Yeoja..?? oh itu, yeojachinguku..”
“Y..Yeojachingu?? apa maksudmu oppa??!”
“Dia memang yeojachinguku… wae??
Sujeong-ah, kau mau marah? Kau sudah
tak memiliki hak untuk itu, karena kita bukan apa-apa lagi.. kita putus..”
“P..pu.. tus???” Mata Sujeong
tampak berkaca-kaca
“Ah ne,, aku mau menjemput yeojachinguku
dulu ne.. Annyeong..” Ia pergi begitu
saja.
Jo Kwangmin, seorang pria tampan yang sempat mencuri hati Sujeong. Sudah 3
bulan terakhir ini mereka menjalin hubungan. Kwangmin memang menjadi cinta
pertama bagi Sujeong. Namja itu baik
padanya.
Awalnya Sujeong merasa sangat senang begitu mengetahui pria yang disukainya memiliki rasa yang sama.
“Aaaah!!!!” Sujeong melemparkan
salah satu sepatunya ke arah Kwangmin.
“Dasar yeoja pabo..” gumam Kwangmin sambil tersenyum. Karena sepatu
Sujeong gagal mengenainya.
Senyuman yang biasanya terlihat begitu manis dan menawan, berubah menjadi senyuman jahat yang luar biasa menyakitkan
Senyuman yang biasanya terlihat begitu manis dan menawan, berubah menjadi senyuman jahat yang luar biasa menyakitkan
Semua keindahan itu menghilang begitu saja dihembus angin dingin, yang entah
sejak kapan mengalahkan hangatnya mentari pagi ini.
‘Mungkin memang aku yang terlalu
percaya diri’
Hanya airmata yang dapat menggambarkan kepedihan hatinya saat ini. Remuk….
Hanya airmata yang dapat menggambarkan kepedihan hatinya saat ini. Remuk….
00—————00
DONGHYUN’s
POV
Lagi-lagi tak bisa masuk sekolah.. padahal aku sudah dijadwalkan untuk masuk ke
sekolah baru sejak minggu lalu.
Cuaca selalu menjadi faktor utama keberangkatanku ke sekolah. Padahal jarak
sekolah tak jauh dari rumahku. Sangat dekat, mungkin terlalu dekat!
Rumahku berada di samping sekolah, aku bahkan bisa melihat siswa-siswi yang sedang belajar di kelas dari jendela kamarku.
Rumahku berada di samping sekolah, aku bahkan bisa melihat siswa-siswi yang sedang belajar di kelas dari jendela kamarku.
Walau hari ini diawali
dengan mentari yang bersinar cerah, namun tiba-tiba angin dingin berhembus.
Bulan-bulan seperti ini, hujan memang sering datang tanpa diduga. Angin dingin
pagi ini benar-benar menusuk, mengurungkan niatku untuk berangkat ke sekolah.
Aku tak mau mengambil resiko yang mungkin sangat berbahaya untuk nyawaku.
Aku tak mau mengambil resiko yang mungkin sangat berbahaya untuk nyawaku.
Suhu
rendah dapat membuat penyakitku yang tak bernama ini kambuh. Aku memutuskan
untuk menikmati secangkir teh hangat di pagi yang dingin ini. Karena tubuhku
memang sungguh rentan terhadap suhu rendah
Sambil memutar lagu kesukaanku, lagu-lagu milik Yiruma, yang menjadi favoritku… Aku berdiri di belakang jendela besar kamarku,
dan menatap keluar sana.
Dari kecil, aku memang tak dibiarkan keluar rumah secara leluasa. Mungkin, keluargaku malu karena kehadiranku, yang terlahir dengan penyakit aneh ini.
Dari kecil, aku memang tak dibiarkan keluar rumah secara leluasa. Mungkin, keluargaku malu karena kehadiranku, yang terlahir dengan penyakit aneh ini.
Sepertinya, lagu mellow yang kuputar cocok sekali menjadi soundtrack untuk adegan dramatis yang kulihat dari atas sini.
Ada
seorang gadis berwajah ceria, yang dibuat menangis oleh seorang pria, yang
mungkin pacarnya.
Malang sekali nasibnya,.. pagi-pagi sudah dibuat menangis oleh pacarnya.
Malang sekali nasibnya,.. pagi-pagi sudah dibuat menangis oleh pacarnya.
00—————00
KRIING!!
Bel tanda masuk sekolah sudah berbunyi. Sujeong yang berada tak jauh dari sekolah mendengarnya dengan jelas.
Bel tanda masuk sekolah sudah berbunyi. Sujeong yang berada tak jauh dari sekolah mendengarnya dengan jelas.
Segera ia menghapus airmatanya, mengambil salah satu sepatu yang dilemparnya
tadi, lalu menarik nafas panjang dan menguatkan hatinya.
‘Sujeong-ah, kau harus kuat dan tetap menjadi Sujeong yang ceria seperti
biasanya..’
Ucap Sujeong dalam hati. Lalu ia berlari secepat mungkin untuk bisa sampai ke gerbang masuk sekolah. Memang sudah cukup dekat, ia hanya perlu berbelok sekali dan berjalan lurus beberapa meter.
Ucap Sujeong dalam hati. Lalu ia berlari secepat mungkin untuk bisa sampai ke gerbang masuk sekolah. Memang sudah cukup dekat, ia hanya perlu berbelok sekali dan berjalan lurus beberapa meter.
Keberuntungan telah pergi, keburukkan mulai datang menghampiri Sujeong.
Usahanya berlari-larian mengejar waktu terbuang sia-sia. Pada akhirnya ia terlambat, dan harus mendapat hukuman.
Usahanya berlari-larian mengejar waktu terbuang sia-sia. Pada akhirnya ia terlambat, dan harus mendapat hukuman.
Walau
Sujeong berusaha menyembunyikan kesedihannya, tapi semua itu tetap terlihat di
mata sahabatnya. Pada waktu istirahat, sang sahabat menanyakan keadaan Sujeong
yang terlihat sedikit aneh hari ini.
“Sujeong-ah, hari ini kau terlihat sedikit murung. Apa ada sesuatu yang
terjadi??” Tanya Sowon, sahabat Sujeong.
“Sowon-ah, Kwangmin oppa….” Mata
Sujeong seketika tampak berkaca-kaca.
Dengan mendengar ucapan itu saja, Sowon sudah mengerti maksudnya. Ia mengerti persis seperti apa kisah percintaan sahabatnya ini.
Dengan mendengar ucapan itu saja, Sowon sudah mengerti maksudnya. Ia mengerti persis seperti apa kisah percintaan sahabatnya ini.
“Wae?? Apa yang dia lakukan sampai membuatmu jadi begini??!!” Sowon
tampak naik darah.
Ia sungguh membenci orang yang membuat sahabatnya terluka. Persahabatan mereka
memang sudah terjalin begitu erat.
“Dia memiliki yeojachingu baru, dan meninggalkanku
begitu saja..”
Tak lama setelah Sujeong mengatakan itu, dari kejauhan Sowon melihat Kwangmin berjalan dengan seorang yeoja. Ia merangkul mesra yeoja itu.
Tak lama setelah Sujeong mengatakan itu, dari kejauhan Sowon melihat Kwangmin berjalan dengan seorang yeoja. Ia merangkul mesra yeoja itu.
“Nappeun Namja!!!” Ucap Sowon penuh emosi.
“Sowon-ah, nan gwaenchana.. tak
usah kau pikirkan..”
Sujeong benar-benar kehilangan semangatnya hari ini. Termasuk semangatnya untuk
belajar di sekolah.
Tak terasa bel pulang sudah berbunyi, akhirnya para siswa terbebas dari pelajaran-pelajaran yang cukup membosankan hari ini.
Tak terasa bel pulang sudah berbunyi, akhirnya para siswa terbebas dari pelajaran-pelajaran yang cukup membosankan hari ini.
“
Chagiya.. mianhae untuk pagi tadi..
aku ingin menjelaskan semuanya padamu. Aku ingin menemuimu nanti sore, di
belakang sekolah jam 6 sore.. Saranghae
<3 -Kwangminnie
Sujeong
tersenyum setelah membaca isi pesan itu. Ia senang bukan main.
Sebagian besar dirinya masih mencintai namja itu.
Sebagian besar dirinya masih mencintai namja itu.
Jarak
rumahnya dari sekolah tak begitu jauh, Cukup menyeberang saja, maka ia sudah
sampai ke halaman belakang sekolah. Sangat dekat bukan??
Awan mendung menggantung
menutupi langit. Angin dingin berhembus kencang meniup setiap individu di bumi.
Entah sejak kapan cuaca menjadi buruk seperti ini.
Dinginnya sore ini tak mematahkan semangat Sujeong untuk tetap menemui… entah bisa
disebut namjachingu atau bukan. Yang
jelas seorang namja.
Sujeong tak berniat menggunakan jaket tebal atau membawa payung.
Sujeong tak berniat menggunakan jaket tebal atau membawa payung.
‘Aku hanya perlu bertemu
dengannya sebentar, lalu mengajaknya masuk ke rumah agar ia tak kedinginan’
pikir Sujeong.
20
menit berlalu, sosok namja itu tak
kunjung tampak.
Angin dingin berhembus kencang dan semakin menusuk tulang. Sujeong mulai merasa kedinginan.
Suara halilintar menggelegar di angkasa, memekakkan telinga. Awan mendung semakin mencekam, pertanda hujan yang sangat deras akan segera turun.
Angin dingin berhembus kencang dan semakin menusuk tulang. Sujeong mulai merasa kedinginan.
Suara halilintar menggelegar di angkasa, memekakkan telinga. Awan mendung semakin mencekam, pertanda hujan yang sangat deras akan segera turun.
Tapi
Sujeong sama sekali tak berniat meninggalkan tempat itu.
‘Sebentar lagi, Kwangmin oppa pasti sampai. Mungkin ia masih di perjalanan..’ Sujeong masih bisa berfikir positif.
‘Sebentar lagi, Kwangmin oppa pasti sampai. Mungkin ia masih di perjalanan..’ Sujeong masih bisa berfikir positif.
20 menit.. 45 menit.. 1 jam .. 1 jam 45 menit..
Hujan deras disertai angin kencang mulai tiba. Tetesan air yang begitu dingin
membasahi tubuh Sujeong.
Basah kuyup, Sujeong masih berdiri tegak di tempat itu. Tanpa bergerak
sedikitpun.
Tubuhnya mulai menggigil terkena air hujan, ditambah angin kencang yang menerpa.
Tubuhnya mulai menggigil terkena air hujan, ditambah angin kencang yang menerpa.
‘Kenapa semuanya terlihat aneh??
Tubuhku terasa lemas, semuanya terasa begitu dingin.. aku tak kuat lagi
berdiri..’
BRUUK!!
-to be continued-
No comments:
Post a Comment