Sunday 18 September 2016

Silhouette (Cerita Mini)





Mark

Aku beruntung berada di barisan ini.
Berada dekat dengan gadis manis itu.

Memang, aku belum mengenalnya. Bahkan, kami belum bertemu.

Ah, bukan kami.
Hanya aku yang melihatnya, dan mengamatinya.

Aku suka melihat senyumnya, mendengar suara fals nya saat ikut menanyikan lagu yang dibawakan artis di atas panggung.
Aku suka melihat matanya yang bersinar, tampak begitu bahagia.

Paparan lampu yang tak menentu membuatku tak bisa berlama menatapinya.
Lagipula, aku takut tertangkap basah olehnya.

Yang bisa kulakukan hanya mencuri-curi pandang padanya, mencari kesempatan atau alibi untuk bisa memandangnya.
Aku berada satu baris. Tepat. Di depannya.



Melly

Aku beruntung berada di barisan ini.
Tak terlalu dekat dengan panggung, namun dapat menyaksikan idolaku dengan jelas.


Aku sungguh bahagia hari ini. Tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Ini kali pertama dalam hidupku, menyaksikan sang idola menyanyi di atas panggung, secara live!. Kami menghirup udara yang sama!.

Persetan dengan suaraku yang fals tak karuan, bagiku yang terutama adalah happy.
Mungkin orang-orang di sekitarku merasa terganggu.
Seperti pria yang ada di depanku. Berulang kali ia melirikku, sepertinya ia merasa terganggu, tapi sungkan untuk menegurku.

Maaf ya, aku tidak bisa mengucapkan maaf. Aku hanya ingin menyanyi saat ini~



Mark

Sang artis turun dari panggung, mendekat ke area penonton.

Aku melihat gadis itu berlari sembari membawa kamera di genggamannya.
Ia pasti fans berat artis itu.
Tubuh mungilnya dengan cepat menghilang di tengah kerumunan.
Membuat mataku bekerja keras mencari sosoknya. Tak ingin kehilangan.
Tak lama berselang, aku melihatnya melangkah kembali, dengan kekecewaan di wajahnya.

Ia terlalu mungil untuk bisa bersanding dengan artis itu. Apalagi ditambah kerumunan yang terlihat ‘ganas’.
Aku menahan tawa melihat ekspresi wajahnya.

Untuk melihatnya lebih jelas, aku bangkit berdiri, berpura hendak memotret suasana panggung. Tapi mataku tak pernah lepas darinya.

Takkan pernah bisa.


Melly

Sungguh disayangkan aku tak bisa berfoto dengan artis pujaanku.
Padahal aku sungguh ingin memamerkannya pada teman-temanku.
Huh, ya sudahlah. Yang penting aku sudah berusaha.

Aku kembali ke tempat dudukku yang semula. Menahan luapan kecewa.
Terlihat pria di barisan depanku berdiri sambil memegang ponselnya. Entah hendak memotret apa.
Karena ponselnya mengarah ke panggung . Sedang matanya .

Menatapku .


Ah, aku terlalu pe-de.
Tapi dia benar-benar menatapku.

Mungkin remangnya lampu membuatku salah lihat.
Atau mungkin ia menatap gadis cantik yang tadi ada di belakangku persis.


Mark

Tatapanku dan dia sempat bertabrakkan beberapa detik. Yes! Dia menatapku!
Aku masih terus beralasan untuk dapat mencuri-curi pandang, menoleh ke belakang. Entah itu menatap cameraman yang ada di sebelahnya persis, atau menatap lampu-lampu yang tergantung di belakang, atau apapun itu..

Ia terlihat lucu, dengan balon tepuk di genggamannya, yang kadang ia mainkan seperti anak kecil.
Dia terlihat polos dan imut. Ya Tuhan, bagaimana ini? Aku tak mungkin jatuh cinta se-cepat ini kan??

Kuharap setelah ini, aku dapat mengobrol dengannya. Obrolan apapun. Penting ataupun tak penting sama sekali.


Melly

Aku mulai mengantuk mendengar MC membacakan barisan kata panjang yang tak kumengerti apa itu. Walau masih berbahasa Indonesia.
Balon tepuk yang kugenggam menjadi pengusir bosan.
Aku merasa pria yang duduk di depanku ini sedikit aneh.
Tanpa alasan jelas ia menoleh ke belakang berulangkali.

Apa sih yang ada di belakang sana?

Tak ada apa-apa.

Beberapa kali ia terlihat kikuk ketika aku menatap ke arahnya.
Apa ia menatapku? Sungguh?

Aku mengamati wajahnya di tengah remang cahaya.
Dan wajah maskulin itu melekat kuat di benakku. Sepanjang waktu.
Lucu melihat tingkah kikuknya yang tak ku ketahui mengapa.

Kuharap setelah ini, aku dapat mengobrol dengannya. Obrolan apapun. Penting ataupun tak penting sama sekali.


Mark

Aku gugup. Berulangkali menyangka ia sedang menatapku, padahal tidak.
Mungkin aku terlihat kikuk karena itu.
Sungguh menyebalkan.

Untuk mengalihkan itu, aku bermain dengan balon tepuk yang ku genggam.
Memukulkannya mengikuti irama lagu, atau saat para penonton lain bertepuk tangan.

Ternyata cukup manjur, dan mengasyikkan.
Pantas saja gadis di belakangku ini terus memainkannya.
Aku tak bisa berhenti tersenyum.
Melihatnya bernyanyi dengan senang. Mendengar suara falsnya, melihat senyum bahagianya.


Melly

Sekali lagi kukatakan.
Aku bahagiaaa sekali hari ini.
Aku puas ikut menyanyi bersama idolaku, walau tidak dalam satu panggung yang sama, hanya berada di satu ruangan besar yang sama.

Dan sekarang, aku haus.
Naasnya.
Botol air mineral yang kubawa jatuh, hilang entah kemana.
Aku harus membeli air di luar.
Semoga acaranya belum selesai sampai aku kembali


Mark

Tak terasa, konser ini sudah berada di penghujung acara.
Aku kembali menoleh ke belakang, menatap gadis imut itu sebelum kami berpisah.

Tapi , kemana dia ?

Aku tak bisa menemukannya.
Kenapa tiba-tiba ia menghilang?? Aku ingin mengobrol dengannya.

Konser pun benar-benar selesai. Dan para penonton bubar.
Teman yang ikut bersamaku, sudah mengajak pulang.

Tapi aku ingin tetap disini sebentar saja. Menunggu gadis itu kembali.
Melihatnya untuk terakhir kali. Sebelum kami berpisah, dan tak tahu akan berjumpa lagi atau tidak.

Kuharap kita akan berjumpa lagi.

Dan aku benar-benar pulang.

Tanpa berhasil untuk sekedar mengetahui namanya.


Melly

Penjaga kios itu sungguh lambat, aku gerah menunggunya menghitung uang kembalian.
Rasanya ingin kubiarkan saja ia membawa sisa kembalinya, tapi jumlahnya cukup banyak. Jadi aku tetap menunggu hingga penjual itu memberikan uang kembali padaku.

Setelah mendapat sebotol air mineral, aku segera kembali ke gedung, dan ke tempat dudukku.
Sungguh disayangkan, konser telah berakhir, tanpa aku melihat perform penutup.
Manusia-manusia yang berada di deretan barisku sudah menghilang.

Dan, 

Pria itu juga telah pergi.

Tanpa jejak.


Sempat aku mengelilingi gedung untuk mengumpulkan balon-balon yang unik.
Alasan utamaku bukanlah itu, aku ingin bertemu dengan pria tadi. Pria yang duduk tepat di depanku .

Tapi aku tak berhasil menemukannya lagi.

Aku menyesal telah keluar tadi.
Bahkan aku tak tahu namanya..


Aku juga tak tahu apakah aku bisa bertemu dengannya lagi, atau tidak.
Tapi aku sungguh berharap, bisa bertemu dengannya di waktu yang lebih tepat.
Karena aku tak bisa berhenti memikirkan wajah maskulinnya yang hingga sekarang hanya berupa siluet di benakku.

Aku bahkan belum hapal detil wajahnya seperti apa. Karena kami baru berjumpa ...

Untuk beberapa puluh menit.

No comments:

Post a Comment

 

Template by BloggerCandy.com