Saturday 4 July 2015

FANFICTION - The view From My Window [FINAL PART]





 




gone… forever





Donghyun, benar-benar marah padaku …
Ia tak membalas SMS dari ku.. tak mengangkat telepon dariku .. 
Dan hari ini, ia tak masuk sekolah.
 
Aku sungguh bingung dibuatnya .. aku tak bisa tidur dengan tenang memikirkan hal itu, aku tak bisa bekerja dengan baik. 
Aku ingin meminta maaf padanya, tapi bagaimana caranya??


                “Sujeong-ah, tampaknya kau mulai jatuh cinta pada namja itu..”

                “Jatuh cinta? Mungkinkah..??”

                “Kita membutuhkan cahaya saat lingkungan sekitar kita menjadi gelap , Kita merindukan sinar matahari yang hangat saat salju yang dingin mulai datang.. 
dan kita mengetahui apakah kita mencintai orang itu atau tidak.. saat kita kehilangannya…”

Secuplik percakapanku dengan Sowon tadi pagi tiba-tiba melintas di benakku.

 
                “Kau kehilangan namja itu, dan kau berubah jadi murung begini.. Kesimpulannya.. kau mencintainya..”

Apakah pernyataan itu benar??
Aku sendiri berusaha mencari jawaban itu.


Tapi .. aku benar-benar merasa sepi, seperti ada bagian dari tubuhku yang menghilang.
Mungkin pernyataan itu benar.

 
SUJEONG’s POV END



                “Hei .. kau.. bagaimana bisa anak baru itu melindungimu kemarin.. apa kau menggunakan ilmu hitam untuk membuatnya dekat denganmu??” celetuk seorang siswa.

                “Mungkin saja ia menggunakan ilmu hitam. Namja itu anak dari tuan Kim yang terkenal itu kan??”

                “Ya,, kau pasti ingin memeras kekayaannya kan??”

 
Kata-kata itu kejam sekali!


               
Ya!! Kalian semua.. kenapa kalian terus mem-fitnah ku seperti itu?? Apa aku ini kriminal ?? Aku minta maaf telah menipu kalian masalah appaku.. tapi kenapa, setelah kalian tahu semuanya,, kalian jadi jahat begini??! 
Apa semua itu karena uang??!!” 
Sujeong yang sudah tak tahan mendengar kata-kata seperti itu, akhirnya melawan mereka.


               
“Bukan karena uang.. tapi kami kehilangan kepercayaan..! Kalau kau tak suka dengan kami.. keluarlah saja dari kelas ini..!!”
Segerombolan siswa itu mulai menarik Sujeong dari tempat duduknya, lalu mendorong Sujeong, memaksanya keluar dari kelas itu.
Selamanya …


                “Baiklah!! Aku akan keluar!!!” Dengan airmata yang sudah membanjiri kedua matanya, Sujeong berlari meninggalkan kelas itu. Membawa ransel bututnya.



DONGHYUN’s POV

 
Aku masih tak bisa menerima kenyataan ini..
Bahwa kedua orangtuaku memang tak menganggap keberadaanku, dan.. mereka malah sibuk mengurusi anak orang lain.
 
Tepatnya.. Sujeong . Yeoja asing itu.
Kenapa harus dia..??


Aku sungguh marah.. pada orang tuaku, dan pada yeoja itu.
Tapi mengapa..??

Aku menatap keluar jendela kamarku,.. hal yang jarang kulakukan akhir-akhir ini.
 
Yeoja itu… 
aku kembali melihatnya.
 
Dari jendela kelasnya, aku dapat melihat ada sedikit kericuhan yang terjadi.
Tampaknya kelas itu tak menginginkan keberadaan Sujeong.
Mengapa..??
Ku lihat, yeoja itu berlari meninggalkan kelas itu. Dengan ranselnya yang sudah sobek-sobek.
Kemana ia??
Aku mencarinya ke segala arah..


Ternyata ia turun ke lantai satu, lalu duduk bersandar di tembok.
Dengan menekuk kedua kakinya, lalu membenamkan wajahnya.
Ia menangis..??
 
Aku tak bisa membiarkan hal ini terjadi.
Bukankah aku pernah berkata bahwa aku akan memarahi siapapun yang membuatnya menangis..??


Dimana aku saat ia menangis seperti ini sekarang..??
Dimana aku saat ia mungkin membutuhkanku..??
Ia pasti membutuhkan sandaran, untuk menumpahkan semua kepiluannya.
Aku sibuk, terlarut dalam emosiku sendiri.

 
DONGHYUN’s POV END



Keesokan harinya, Sujeong memantapkan hati untuk kembali ke kelas itu.. kelas yang terasa seperti neraka.
Ia tak mungkin bisa meninggalkan kelas itu, yang sama artinya dengan mengundurkan diri dari sekolah itu.
Ia sekolah dengan biaya bantuan dari Paman Kim. Ia harus menggunakannya dengan baik.

 
Donghyun.. hadir di sekolah hari ini.
                “Donghyun-ah.. apa kau marah padaku..??” Sujeong bahkan belum sempat untuk meletakkan ranselnya di bangku, ia ingin mengetahui jawaban dari pertanyaan itu lebih dahulu.

                “Aku tak mau membahas hal itu sekarang..” Donghyun memalingkan wajahnya.
Membuat hati Sujeong tersayat semakin dalam.


               
‘Apakah ini benar cinta..?? yang orang bilang memabukkan, dan dapat membuat orang tersenyum sendiri..?? tapi kenapa aku tak merasakan itu semua..?? Aku merasa sakit yang luar biasa …’
Sujeong berusaha menahan tangisnya.. sekuat tenaga..
Tapi rasanya sulit bukan main…



00—————00


Aku masih belum bisa berfikir dengan jernih.. aku belum menemukan jalan keluar untuk masalahku sendiri.
Akhirnya, aku memutuskan untuk tak bicara pada yeoja itu terlebih dahulu. Aku berusaha tak menghiraukan keberadaannya.


Sakit…
Sakit sekali rasanya..
Aku tak bisa membedakan antara rasa benci dan cinta yang kurasakan sekarang.
Semuanya terasa begitu menyakitkan..


Ponselku bergetar, ada sebuah pesan yang masuk.
 
Donghyun-­ah.. Kau sbaiknya jgn marah pd yeoja itu. Ia tk tahu apa2..
Dan sprtiny, ad prasaan spesial yg dmiliki yeoja itu. Jngn kau lpskan dia .. Dia yeoja manis yg baik utkmu.

 
Tanpa nama. Tapi aku berani bertaruh bahwa appa yang mengirimkannya padaku.
Sepertinya kata-kata itu benar.. Aku tak sebaiknya marah pada yeoja itu.
Ia tak tahu apa-apa .. ia juga tak pernah meminta pada ayahku untuk membiayainya.. ia tak pernah memilih jalan itu.


Aku mendengar sedikit percakapan antara yeoja itu dan sahabatnya dari dapurku.
                “Sujeong-ah, kau terlihat sungguh berantakan. Apa ini karena kau patah hati?? Karena namja itu..?”

                Nado mollayo.. aku tak tahu perasaan macam apa ini. Tapi ini membuatku kehilangan semangat..”

                “Sujeong-ah, kau tak boleh begini.. aku rindu pada Sujeong yang dulu, Sujeong yang ceria.. Sujeong yang selalu menghibur orang-orang di sekitarnya..
Kalau hal yang kau pertahankan itu membuatmu sakit.. lepaskan saja.. biarkan ia menghilang”

 
Sujeong tampak menatap sahabatnya penuh arti.
 
                “Sujeong-ah, Jika cinta sudah membuatmu terluka.. kau tak pantas mempertahankannya.. apa pun alasannya.. lepaskan …”


Sekarang, aku-lah yang membuatnya menangis..
Lalu apa yang harus ku lakukan..?? aku harus apa..??
Aku telah membuatnya menangis.. membuatnya merasakan sakit yang luar biasa.

Andwae.. aku tak bisa membiarkannya pergi begitu saja.!
Aku yakin, yang dimaksud adalah diriku.
Aku tak boleh melepaskannya!!


DONGHYUN’s POV END

 

Hujan salju turun begitu lebat. Suhu saat ini benar-benar dingin. Mungkin mendekati  0º Celcius.
Tapi itu tak mematahkan semangat Donghyun untuk berjalan kaki ke toko aksesoris yang terletak di luar kompleks perumahannya.
Jaket tebal dan syal hitam pemberian Sujeong, memantapkan langkah kakinya.

Sesampainya di toko itu, Donghyun membelikan sebuah kalung silver dengan bandul berbentuk hati dan ada setitik permata di atasnya. 
Sungguh manis.
 
Ia juga membeli cincin couple. Untuknya dan Sujeong.

 
Dengan senang hati, ia melangkah keluar dari toko itu dan segera kembali ke rumahnya.
Namun cuaca semakin memburuk.
Hujan salju semakin lebat. Suhu semakin menurun drastis.



00—————00



                “Sowon-ah.. kau sungguh temanku yang paling baik.. Terimakasih untuk semuanya..” Sujeong mengantar Sowon hingga ujung gang rumahnya.

                “Kau tak boleh seperti itu lagi.. kau harus tersenyum, kembali seperti Sujeong yang dulu… aku pulang ne.. annyeong..”

 
Sepergi Sowon, Sujeong segera memutar langkah, kembali ke rumahnya. Tapi…
TIIN..TIINN…!
Terdengar suara klakson kendaraan yang nyaring berbunyi dari luar kompleks itu.
Apa yang terjadi?? Apa ada kecelakaan..??

 
Sore itu, Umji belum pulang dari rumah temannya. Membuat Sujeong khawatir.
Ia memilih untuk berlari ke luar kompleks itu, dan mencari tahu apa yang terjadi.  Sambil berdoa bahwa itu bukan Umji, Umji pasti baik-baik saja..

Asap putih berhembus keluar dari bibir Sujeong.
Menandakan bahwa suhu udara di Seoul sore ini benar-benar dingin.
 
Akhirnya Sujeong sampai ke tempat tujuan.
                “Donghyun..?? Apa yang ia lakukan..??” Sujeong melihat namja itu berdiri di seberang jalan. Terkadang ia melangkah ke tengah jalan tanpa melihat kondisi jalanan yang ramai.
Jadi ini penyebab suara klakson yang nyaring itu.

 
                “Donghyun-ah..! Mwo haneun geoya..?? Hati-hatilah..!!” teriak Sujeong dari seberang jalan.
Dengan volume sekeras itu, harusnya Donghyun mendengarnya. Tapi ia tidak mendengarnya.

                Namja itu pasti berhalusinasi lagi!! Bahaya..!!’
Sujeong yang menyadari itu, berusaha menyebrang jalan, menyelamatkan Donghyun yang sedang kehilangan kesadarannya.


               
“Donghyun-ah.. sadarlah..!! Kau hanya berhalusinasi..! Jangan mengejar itu..!! Tatap aku Donghyun..!” Sujeong mencengkeram lengan namja itu, dan menggoyangkannya cukup kuat.

                “Donghyun-ah.. kau tak boleh begini.. Tatap aku.. Sujeong, yeoja asing..” Sujeong menepuk pipi namja itu. Airmatanya kembali mengalir, ia sungguh khawatir dengan kondisi namja dihadapannya ini.

 
Beberapa detik kemudian, Donghyun mulai membalas tatapan Sujeong. Mungkin kesadarannya sudah kembali.

                “Sujeong-ahmianhae. Aku tak seharusnya marah padamu … Saranghae…”
Tatapan Donghyun mulai mengabur seiring dengan keseimbangannya yang menghilang.
Ia pun terjatuh, bersandar pada Sujeong…

 
It’s Déjà vu again……
Suasana jalan raya yang ramai, sepertinya tak mengusik pendengaran Sujeong.

                “Donghyun-ah.. kau masih hidup kan..??” Sujeong meletakkan telunjuknya dibawah hidung Donghyun, mengecek apakah ia masih bernafas atau tidak.
Pernafasannya, .. semakin lama.. semakin melemah…

                “Taksi..!!!!!”


00—————00




 
                ”Donghyun-ah.. kau harus baik-baik saja.. kau tak boleh meninggalkanku.. kau harus bangun..” Sujeong menggenggam tangan Donghyun.

Kedua kelopak mata namja itu masih tertutup rapat, sepertinya enggan untuk terbuka.
Donghyun sudah mendapat perawatan dari dokter. Dokter mengatakan bahwa namja itu kelelahan, dan ia harus sadar dalam jangka waktu 48 jam, atau…

 
menghilang selamanya.

 

                “Donghyun-ah.. kau harus sadar … banyak hal yang belum kita lakukan bersama.. Donghyun-ah.. aku menyayangimu, lebih dari sekedar teman …
Kau harus sadar untuk mengetahui itu..”
 
Airmata terus mengalir keluar dari kedua pelupuk mata Sujeong. Ia tak dapat menahannya.
Sedih.. sedih sekali, itu perasaan yang mewarnai hati Sujeong.
Tapi ia juga merasa takut.. takut kehilangan akan namja yang terbaring lemah dihadapannya ini.


                “Sujeong-ah.. bagaimana keadaannya..?? Kenapa ia bisa seperti ini..??” Ayah, Ibu, dan kakak laki-laki Donghyun memasuki ruangan itu dengan wajah khawatir. Jauh lebih khawatir dari Sujeong.

                “Aku tak tahu, ia sudah berada di jalan raya tadi.. sepertinya ia berhalusinasi.. kata dokter, kalau ia tak sadar dalam 48 jam ini, maka … ia akan pergi.. selamanya…” Sujeong tak kuasa untuk menahan airmatanya, walau hanya sejenak.


               
Aigoo.. Donghyun-ah.. kau harus sadar, kami belum sempat mengajakmu pergi bersama keluarga…” Bibi Kim, atau Ibu Donghyun, dengan wajah kalut dan airmata tak tertahankan, mengecup kening Donghyun.

                “Seharusnya kita menjaganya dengan baik…” tambah Paman Kim, ayah Donghyun.
Kakak laki-laki Donghyun tak berkata apa-apa. Tapi ia terlihat sedih dan terpukul.


Mereka semua, yang berada di ruangan itu.. takut kehilangan akan Donghyun..
Yang dapat mereka lakukan hanyalah berdoa, berharap Tuhan tak mencabut nyawa Donghyun secepat ini.


30 Jam berlalu..

 
Perlahan-lahan, namja itu.. membuka matanya.. lalu mengedarkan pandangan ke lingkungan sekitar.

                Yeobo..!! Uri Donghyun sudah sadar..!!” Ayah Donghyun berteriak, membangunkan istrinya.
Mereka segera menyapa Donghyun dengan sapaan hangat.

                “Donghyun-ah, bagaimana keadaanmu..?? Kau baik-baik saja kan..?” tanya sang ayah.

                “Kau harus cepat sembuh, karena kami ingin sekali mengajakmu pergi berwisata bersama-sama..” tambah sang ibu.

 
Perasaan bahagia menyelimuti hati Donghyun. Ia sungguh senang, menerima sambutan hangat dari keluarganya seperti ini.
Ia sungguh haus… haus akan kasih sayang keluarga yang akhirnya di dapatkannya.
Donghyun mengedarkan pandangannya, dan ia menemukan Sujeong.. gadis yang dicintainya, tertidur lelap.

                Eomma.. Appa.. bisakah kalian membangunkan yeoja itu, dan memberikanku waktu untuk mengobrol dengannya sejenak..??” tanya Donghyun yang akhirnya direspon positif oleh kedua orangtuanya.


Sujeong bangun dengan perasaan senang.. amat sangat senang..
                “Donghyun-ah.. kau akhirnya sadar..!! Nan neomu haengbokhae (aku sangat bahagia)!” Sujeong memeluk Donghyun yang dalam posisi terduduk di atas ranjang putih itu.

                “Sujeong-ah.. kemarin, aku keluar rumah dan membelikanmu ini..”
Sebuah kalung silver menggantung dari tangan Donghyun.

                Yeppeun~a (cantik sekali)…” Sujeong berdecak kagum melihat kalung manis itu.

                “Ini sebagai tanda maafku.. aku tak seharusnya marah padamu yang tak tahu apa-apa..” Donghyun meletakkan kalung itu di telapak tangan Sujeong.


               
“Sujeong-ah .. tolong dengarkan ini baik-baik …  kau yeoja pertama yang menyentuh hatiku, yang membuatku berubah, yang membuat hari-hariku lebih berwarna.. gomawo ne..” Donghyun mengecup punggung telapak tangan Sujeong.


               
“Kau, seorang yang membawa cahaya,.. menerangi langkah kakiku.. menerangi kehidupanku..dan menemani langkahku dengan cahaya terang itu …. saranghae..” Donghyun mengecup kening Sujeong penuh rasa sayang.

 
DEG…DEG…
Jantung Sujeong berdetak sangat keras, sangat cepat.. membuat Sujeong salah tingkah.
Sujeong tak dapat berkata apa-apa.. ia memeluk namja dihadapannya begitu erat.

                “Apa artinya ini..??” tanya Donghyun.

Sujeong menjawabnya dengan perlahan.. jantungnya berdetak semakin keras.
                “ … N..na..do ..


Donghyun melepaskan pelukan itu sejenak, dan mengambil sepasang cincin yang dibelinya.
                “Pakai ini, untuk menunjukkan bahwa kau milikku, dan aku milikmu.. seorang..”
Setelah memakaikan cincin itu, Donghyun kembali memeluk yeoja dihadapannya.

 
                Chagiya.. Saengil chukkae … jeongmal saranghaeyo…” Bisik Donghyun, yang tak membiarkan Sujeong lepas dari pelukannya.

                “Aku sangat bahagia telah bertemu denganmu … nado saranghae .. tapi, darimana kau mengetahui tanggal ulangtahunku..??” Sujeong juga tak membiarkan namja itu lepas dari pelukannya.

 
                “ …”

 
Hening..

 

                “Donghyun-ah..??” tanya Sujeong yang merasakan pelukan namja itu semakin lemah, tubuhnya terasa semakin berat bersandar padanya.

                “Donghyun-ah..!!!” Namja itu kembali menutup kedua kelopak matanya, dan tak berbicara lagi.


                “DOKTER..!!!!!!!!!” Teriak Sujeong.

 
Kedua orang tua Donghyun yang mendengar itu menjadi panik, mereka segera memanggil tim medis yang dengan segera menangani Donghyun.

 
Airmata kembali mengalir deras dari kedua mata Sujeong.
                ‘Apa ia baik-baik saja..? kenapa ia pingsan lagi?? Kau tak boleh pergi Donghyun-ah, kau harus sadar.!! Kau tak boleh meninggalkanku, di hari ulangtahunku..’
Sujeong menyentuh kalung yang tersemat manis di lehernya.


 
Setelah beberapa puluh menit penuh perjuangan berlalu, tim medis keluar dari ruangan itu.
Sang dokter menunjukkan wajah sedih.
                 ‘Tidak… tidak boleh..’

               “Jeosonghamnida (maaf). Kami tak bisa melakukan apa-apa lagi.. jantungnya sudah berhenti bekerja..” ucap sang dokter.

               ‘Kau meninggalkanku Donghyun-ah..??’


              
Andwae..!!! Kau harus menolongnya dok.. ia pasti kembali.. ia tak boleh pergi..!!” Sujeong menarik jubah putih dokter itu. Dengan airmata yang tak berhenti mengalir.

                “Kami sudah berusaha semaksimal mungkin… tapi, jantungnya sudah berhenti bekerja.. kami tak bisa melakukan apa-apa lagi” ucap sang dokter.
 
                “kami pamit dulu ne..” sang dokter membungkukkan tubuhnya dan meninggalkan tempat itu bersama tim medisnya. Salah satu suster meninggalkan sepucuk surat yang katanya di titipkan oleh Donghyun.

 
Dengan kesedihan yang berlapis-lapis, dan airmata yang mengucur semakin deras, Sujeong membuka selembar kertas lusuh itu.



Menatapi wajah cantikmu dari balik jendela kamarku.
Adalah satu hal yang masuk dalam daftar favoritku.
Aku melihatmu pertamakali, melalui jendela itu.
Sejak saat itu, kapanpun aku melihat keluar jendela.. aku melihatmu.

Aku sungguh menyukaimu Sujeong-ah,.
Kau yeoja pertama yang berhasil mengubah prinsip hidupku..
Kau yang berhasil menghancurkan dinding es tebal yang menyelimutiku.
Dan kau yang membuatku, jatuh cinta setengah mati padamu..
Kau benar-benar membawa cahaya terang bagiku..
Bolehkah aku memanggilmu cahaya?

 
Cahaya,, maaf kalau aku tak bisa bertahan lebih lama lagi untuk menemanimu.. aku tahu waktuku sudah tak banyak lagi.
Maafkan aku, kalau pertemuan terakhir kita diwarnai dengan perang dingin yang enggan ku akhiri,

 
Aku merasa bersalah karena telah membuatmu menangis..
Walau aku tak ada di sisimu,. Berjanjilah padaku untuk tak menangis lagi, karena aku tak suka melihat wajah tangismu,
Kau harus terus tersenyum, dan melanjutkan hidupmu untuk menerangi, membawa keceriaan pada orang-orang sekitar.

Aku tak tahu harus berkata-kata apa lagi.. aku tak pandai merangkai kata-kata.
Maafkan aku yang mungkin telah menyakitimu..

Saengil chukkae
Sujeong-ah.. Jeongmal Saranghaeyo.
Oh ya, aku juga titip salam untuk keluargaku,, katakan pada mereka kalau aku sangat menyayangi mereka.

 
-Namja aneh, Kim Donghyun


Sepucuk surat itu membuat airmata Sujeong semakin mengalir deras.
Kenapa namja itu harus pergi secepat ini..?? dan dihari ulangtahunnya..??
Keluarga Donghyun yang sudah berkumpul di tempat itu juga dibanjiri dengan air mata dan kesedihan penuh penyesalan yang mendalam.



~Di hari pemakaman
#Sam Smith – Lay Me Down#

Sebelum dimakamkan, Sujeong mendapat kesempatan untuk melihat wajah Donghyun untuk kali terakhir.

                Ya!! Namja aneh.. kenapa kau meninggalkanku seperti ini?? Bagaimana aku bisa tak menangis jika kau pergi seperti ini..?? Aku sungguh merindukanmu..!” Sujeong tak dapat menahan airmatanya.
Ingin sekali rasanya ia ikut pergi bersama namja itu. Ia sudah terlanjur cinta mati dengannya, walau mereka hanya memiliki sedikit waktu bersama.


You told me not to cry when you were gone
But the feeling overwhelming that’s much too strong
Can I lay by your side ?
Next to you…
You..
And make sure you’re alright
I’ll gona take care of you
Then don’t want to be here if I can’t be with you tonight



                “Sujeong-ah.. geumanhae… kau jangan seperti ini..” Sowon sang sahabat yang entah sejak kapan hadir, berusaha menghibur Sujeong.

                Mianhae...” Sujeong tertunduk.. menghapus airmatanya.

 
                “Donghyun-ah.. terimakasih untuk semuanya.. terimakasih telah terlahir, terimakasih telah mengenalku, terimakasih telah membuatku jatuh cinta padamu.. Pergilah dengan tenang…” Sujeong berlari meninggalkan tempat itu.
Ia tak bisa berlama-lama disana, atau airmatanya akan terus mengalir deras tanpa henti.

 

Dan semuanya… 

berakhir sampai disini.






Aku terlambat menyadari semua ini.. Dan saat aku menyadarinya, semuanya sudah menghilang.
Tak mungkin aku bisa mengulangnya lagi.. Tak mungkin ada kesempatan kedua.
Namun, aku akan mengingatnya seumur hidupku..
Sebuah rasa yang baru sebentar dan sedikit kucicip, namun meninggalkan bekas yang mendalam
-Ryu Sujeong






Tampaknya, cahaya itu kehilangan semangatnya untuk terus bersinar.
Ku harap cahaya itu tak redup, atau bahkan padam,  dan menghilang
digerus oleh waktu.





-THE END-

No comments:

Post a Comment

 

Template by BloggerCandy.com